Mohon tunggu...
Helen Tuhumury
Helen Tuhumury Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Quiet but an easy going person

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengolah Pangan atau Manfaat Fungsional Bahan Pangan: Antara Gaya Hidup Modern dan Keberlanjutan

20 Desember 2023   15:06 Diperbarui: 13 Maret 2024   11:08 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh pemanis buatan termasuk aspartam, sukralosa, dan sakarin. Pemanis buatan membantu menciptakan produk dengan rasa manis tanpa menambah kalori, yang dapat bermanfaat bagi individu yang berusaha mengurangi konsumsi gula untuk alasan kesehatan atau kontrol berat badan. 

Bahan pewarna juga sering digunakan untuk meningkatkan daya tarik visual produk pangan. Pewarna alami dan buatan, seperti tartrazin dan kurkumin, dapat memberikan warna yang menarik pada makanan dan minuman. Sebagai contoh, pewarna digunakan untuk memberikan warna pada permen, minuman, atau makanan ringan. Meskipun pewarna ini secara umum dianggap aman, ada perdebatan seputar efek jangka panjang penggunaannya terhadap kesehatan manusia. Bahan pengemulsi dan penstabil adalah tambahan kimia lain yang digunakan untuk menjaga tekstur dan konsistensi produk pangan. 

Contohnya adalah penggunaan lesitin kedelai sebagai pengemulsi dalam cokelat atau keju yang dapat mencegah terpisahnya lemak dan air, sehingga mempertahankan tekstur yang halus. Meskipun bahan-bahan ini dianggap aman dalam jumlah yang sesuai, kekhawatiran timbul terkait dengan penggunaan jangka panjang dan dampaknya pada kesehatan gastrointestinal. Selain itu, penyedap rasa buatan seperti monosodium glutamat (MSG) digunakan untuk meningkatkan rasa pada makanan. MSG ditemukan pada banyak makanan olahan, seperti makanan cepat saji, camilan, dan saus. 

Meskipun dianggap aman untuk sebagian besar orang, ada beberapa laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi kepekaan terhadap MSG pada beberapa individu. Keamanan pangan menjadi perhatian utama ketika membahas penggunaan bahan kimia dalam pengolahan pangan. 

Penggunaan bahan kimia ini harus mematuhi standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh otoritas regulasi, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) di Amerika Serikat atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Eropa (EFSA). 

Meskipun begitu, terdapat kekhawatiran bahwa beberapa bahan kimia dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan manusia, terutama ketika dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam jangka waktu yang panjang. Adanya kekhawatiran tentang dampak kesehatan dari penggunaan bahan kimia dalam pengolahan pangan mendorong permintaan konsumen untuk makanan yang lebih alami dan minimally processed. 

Kebutuhan akan transparansi dalam label makanan dan informasi tentang bahan tambahan kimia semakin meningkat. Beberapa konsumen lebih memilih makanan organik atau produk pangan yang menggunakan bahan-bahan alami tanpa tambahan bahan kimia. 

Mengolah pangan dapat memberikan dampak signifikan pada lingkungan, baik melalui penggunaan sumber daya alam yang besar, produksi limbah, maupun dampak negatif terhadap ekosistem. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi argumen mendukung pandangan bahwa pengolahan pangan berdampak pada lingkungan, serta memberikan contoh konkret yang mencerminkan dampak ini. Salah satu dampak utama dari pengolahan pangan terhadap lingkungan adalah penggunaan sumber daya alam yang besar. 

Proses pengolahan memerlukan energi, air, dan bahan baku yang signifikan. Sebagai contoh, industri daging membutuhkan lahan yang luas untuk peternakan hewan dan pabrik pengolahan daging. Penebangan hutan untuk memberikan lahan tambahan dan memberikan pakan ternak juga dapat menyebabkan hilangnya habitat alami dan menyebabkan deforestasi, yang memiliki dampak serius pada keragaman hayati dan siklus air. Selain itu, energi yang digunakan dalam proses pengolahan pangan seringkali berasal dari sumber daya fosil, seperti minyak bumi atau gas alam, yang menyebabkan emisi gas rumah kaca. Penggunaan energi non-terbarukan ini berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global. 

Contohnya adalah industri pengalengan makanan yang menggunakan energi untuk proses pengalengan dan penyimpanan produk. Penggunaan energi yang besar dalam industri pengolahan dapat berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang signifikan. Pembuangan limbah merupakan dampak lain yang dihasilkan dari pengolahan pangan. Industri makanan seringkali menghasilkan limbah organik, limbah air, dan limbah padat dalam jumlah besar. 

Limbah ini dapat mencemari air tanah dan sungai, menyebabkan penurunan kualitas air dan mengancam kehidupan akuatik. Sebagai contoh, industri perikanan dapat menghasilkan limbah air yang mengandung nutrisi berlebih, seperti nitrogen dan fosfor, yang dapat menyebabkan pertumbuhan alga berlebihan dan menyebabkan eutrofikasi dan "zona mati" di perairan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun