Mohon tunggu...
Abdul Hawil Abas
Abdul Hawil Abas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Biologi

Seorang Mahasiswa Biologi di Universitas Sam Ratulangi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

10 Spesies Hewan yang Dinyatakan Punah, Eh Hidup Lagi

26 April 2021   16:40 Diperbarui: 26 April 2021   17:10 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Alam berisikan berbagai macam hewan yang hidup didalamnya, semua hewan makan, berkembang biak, berinteraksi dengan sekitarnya hingga oleh suatu sebab menyebabkan mereka punah, kemudian terkubur diam-diam selama beberapa tahun sampai kemudian ditemukan fossil nya oleh para paleontologis.

Walaupun banyak sekali hewan telah dinyatakan punah, nyatanya masih ada beberapa hewan yang kemudian ditemukan kembali. Hal ini sering kali terjadi, bahkan dalam paleontologi, hal ini dinamakan dengan Takson Lazarus, yaitu sebuah takson yang menghilang kemudian beberapa periode selanjutnya muncul kembali.

Hal ini balik lagi kepada kemampuan manusia dalam mengobservasi hutan dan lautan, tentu saja tidak bisa sempurna sehingga ketika suatu spesies sudah lama tidak terlihat, isu-isu punah pun dikeluarkan.

Berikut adalah 10 spesies hewan yang "hidup kembali" setelah dinyatakan punah.

1. Tarsius Kerdil (Tarsius pumilus) di Sulawesi Tengah, Indonesia


Anda pasti pernah mendengar soal tarsius bukan?

Tarsius Kerdil atau dalam bahasa inggris dikenal dengan pygmy tarsier adalah hewan kecil yang imut namun juga menyeramkan karena nokturnal dan memiliki cakar. Namun yang lebih penting, mereka baru ditemukan kembali setelah 80 tahun menghilung. Tarsius kerdil terakhir kali tercatat pada tahun 1921. Setelah 80 tahun tidak terlihat, para ilmuwan yakin spesies tersebut punah. 

Kemudian pada tahun 2000, 2 ilmuwan Indonesia memasang perangkap tikus di hutan dan secara tidak sengaja menangkap dan membunuh seekor tarsius kerdil. Baru pada tahun 2008 tiga spesimen hidup ditemukan dan dicatat, akhirnya resmi dinyatakan bahwa primata yang menggemaskan ini masih hidup.

2. Burung Beo Malam (Pezoporus occidentalis) di Australia


Jika Anda seorang ahli burung, yah mungkin 1 atau 2 orang yang membaca artikel ini, maka Anda pasti tahu banyak tentang burung ini. 

Burung beo malam terlihat seperti burung beo peliharaan biasa. Mereka cukup konsisten terlihat hingga tahun 1912, dimana pada tahun ini mereka seperti lenyap begitu saja.

Mereka dianggap punah hingga akhir abad ke-20, hingga pada tahun 1979 spesimen mati Beo Malam ditemukan, menunjukkan bahwa mereka sebenarnya masih hidup. 

Kemudian burung ini semacam menjadi benda suci yang dipuja-puja seluruh ornitologis. Penampakan burung ini dicatat dan secara ketat diperiksa keakuratannya, dan ternyata burung ini memang masih hidup. Yang tidak kalah menarik adalah halaman wikipedia dari burung ini (yang versi Inggris), jika Anda mengeceknya, setiap penampakan burung ini dicatat secara mendalam menjadikannya menarik bagai diary penampakan burung Beo Malam.

3. Tagua (Catagonus wagneri) di Argentina


Tahukah Anda, Ada sejarah panjang bagi para ilmuwan Barat yang menjelajahi wilayah baru dan tidak mempercayai perkataan masyarakat lokal tentang satwa liar. Terkadang hal ini untuk alasan yang baik, karena contohnya Dinosaurus sungai Kongo Mokele-mbembe ternyata tidak nyata. 

Namun terkadang, hal itu menyebabkan para peneliti melewatkan penemuan-penemuan besar. 

Hewan seperti Okapi, komodo, dan gorila gunung adalah fauna yang sangat nyata yang keberadaannya telah dibuktikan oleh penduduk setempat namun selama beberapa dekade tidak dipercayai ilmuwan barat dan tidak dicatat. 

Peccary Chacoan atau Tagua adalah contoh lain. 

Bukti fosil keberadaannya ditemukan pada tahun 1930 di Argentina, dan tanpa contoh hidup, para ilmuwan menganggapnya sebagai spesies yang punah. 

Penduduk asli Argentina, bagaimanapun, bersikeras bahwa mereka telah melihat babi ini berkali-kali selama bertahun-tahun, jadi mereka pasti masih hidup. 

Klaim mereka diabaikan sampai tahun 1971, ketika para ilmuwan menemukan spesimen hidup. Sayangnya, sejak penemuannya, penggundulan hutan yang meluas di Amerika Selatan telah mengancam keberadaanya yang bisa merealisasikan mereka menjadi hewan punah.

4. Rusa Kesturi Kashmir (Moschus cupreus) di Himalaya


Rusa kesturi juga dikenal sebagai rusa vampir. Nama ini diberikan karena menggantung di rahang atasnya dua taring panjang yang terlihat sempurna untuk menyedot darah. 

Pada kenyataannya taring ini bukan untuk menyedot darah, taring ini digunakan oleh rusa laki-laki untuk bersaing memperebutkan rusa perempuan. Rusa kesturi ditemukan di berbagai tempat di seluruh Eurasia tengah, tetapi varietas Kashmir jauh lebih selektif, hanya ditemukan di Himalaya India, Pakistan, dan Afghanistan. 

Rusa ini terakhir terlihat pada tahun 1948 dan ekspedisi melalui daerah tersebut tidak menemukan rusa ini selama 60 tahun. Kemudian pada tahun 2009, anggota dari Wildlife Conservation Society berhasil menemukan beberapa anggota yang masih hidup, dengan mengatakan bahwa dia melihat rusa vampir itu “terpisah, samar, sulit dikenali, dan tidak bisa difoto. " Tapi akhirnya rusa kesturi yang lain telah terlihat sejak pernyataan yang aneh itu.

5. Burung Takahe (Porphyrio hochstetteri) di Selandia Baru


Takahe juga dikenal sebagai notornis. Takahe, asli Selandia Baru, adalah burung yang tidak bisa terbang dengan bulu berwarna gelap dan berwarna-warni yang terlihat di tengah-tengah antara burung gagak dan burung merak. 

Ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1800-an, jumlah burung telah menurun selama berabad-abad, karena habitat yang disukai, padang rumput alpine, semakin berkurang karena siklus pemanasan global. 

Hanya sedikit spesimen hidup yang pernah ditemukan, dan setelah tahun 1898 hanya sisa-sisa fosil yang ditemukan. 

Burung itu dianggap punah dan "punah" selama 50 tahun, hingga 1948, ketika ditemukan kembali di pegunungan terpencil. Sejak itu, para konservasionis telah melindungi dan membiakkan spesies tersebut, hingga mencapai 400 individu, sekarang burung ini ada di seluruh Selandia Baru.

6. Lobster Pohon (Dryococelus australis) di Australia


Nama yang luar biasa, “Lobster pohon” memunculkan pemikiran seperti sebuah lobster penghuni kanopi pohon yang siap untuk jatuh pada orang yang lewat dan menyerang dengan capit. 

Pada kenyataannya, lobster pohon adalah sejenis serangga tongkat (sticks insect), dan memiliki watak yang lembut. 

Beberapa peneliti beruntung yang mendapat kesempatan bertemu dengan hewan ini dapat memegang dan meletakkanya di tangan mereka tanpa insiden apapun. 

Serangga ini dulunya sangat umum di Pulau Lord Howe, sebuah pulau kecil antara Australia dan Selandia Baru. Kemudian pada tahun 1918, sebuah kapal terjebak di pantai pulau ini dan tikus berhasil melarikan diri dari kapal dan tinggal di pulau itu. 

Dalam beberapa tahun, tikus telah memusnahkan populasi lobster pohon. 

Tidak ada spesimen hidup yang terlihat lagi sampai 80 tahun kemudian di formasi batuan beberapa kilometer lepas pantai Lord Howe. Setelah pencarian menyeluruh, hanya 24 individu yang ditemukan, membuat serangga tersebut dijuluki "serangga paling langka di dunia". 

Dalam dua dekade terakhir, para ilmuwan telah berhasil memulihkan spesies tersebut, membiakkan puluhan ribu individu baru.

7. Terror Skink (Phoboscincus bocourti) di Pulau Pines


Terror skink terdengar menakutkan tetapi sebenarnya hanya menakutkan dibandingkan dengan skink lain, Skink ini tidak banyak bicara karena giginya yang panjang dan melengkung, mereka dianggap predator puncak di lingkungan mereka, tetapi hal itu menempatkan mereka di dekat puncak piramida ekologi yang sebagian besar terdiri dari serangga dan kadal kecil lainnya dibawahnya. 

Rumah skink ini adalah Pulau Pines, sebuah pulau kecil di lepas pantai Kaledonia Baru di Pasifik Selatan.

hewan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1876, tetapi kemudian tidak dapat ditemukan lagi. Terror skink dianggap punah selama lebih dari seabad, yang biasanya sudah menandakan tanda final bahwa hewan ini telah punah. 

Tidak sampai 1993 kadal itu terlihat lagi, dan bahkan hanya sedikit saja yang ditemukan sejak itu. Karena hanya tinggal di pulau yang luasnya kurang dari 300 M, hanya segelintir yang bisa kita temui.

8. Tikus Batu Laos (Laonastes aenigmamus) di Laos


Tikus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1996 di sebuah pasar di bagian selatan Laos. 

Menariknya, penampakan pertamanya adalah sebagai sepotong daging untuk dijual. Dengan bantuan penduduk setempat, tikus ini lebih banyak ditemukan, meskipun semuanya telah dibunuh untuk diambil dagingnya. 

Spesimen hidup baru terlihat pada tahun 2006, kemudian ditangkap dan dipelajari secara mendetail. Jelas bagi para peneliti bahwa tikus batu tidak seperti hewan pengerat hidup lainnya. Nama Family yang sama sekali baru diusulkan untuk makhluk itu. Untuk konteks, Family adalah kelompok taksonomi yang cukup besar. Family kita adalah Hominidae dan mencakup semua kera yang hidup dan punah, termasuk semua manusia yang punah. 

Tetapi para ahli berhasil menempatkan tikus batu fi Family lain dengan para tikus normal. Mereka menempatkannya dalam keluarga hewan pengerat yang hanya diketahui dari catatan fosil, yang fosilnya mengering 11 juta tahun lalu. Tikus batu begitu terisolasi sehingga satu-satunya keluarga dekatnya berumur 11 juta tahun.

9. Kura-kura Hutan Arakan (Heosemys depressa) di Myanmar


Kura-kura Hutan Arakan hanya pernah terlihat antara tahun 1875 dan 1908 di perbukitan terpencil di Myanmar Barat, dan kemudian hewan ini tidak pernah lagi terlihat. 

Kura-kura tersebut dianggap punah selama hampir 80 tahun sampai spesimen yang baru mati ditemukan di sebuah pasar di China. Sejak saat itu, Kura-kura hidup telah ditemukan kembali di negara asalnya Myanmar, dan baru saja ditemukan di Bangladesh. 

Seperti kura-kura lainnya, kura-kura hutan Arakan dihargai baik sebagai hewan peliharaan maupun sebagai makanan di Myanmar, dan hal itu membuat mereka sangat terancam punah. 

Untungnya, hewan tersebut telah menunjukkan keinginan untuk berkembang biak di penangkaran dan memberikan harapan bagi para konservasionis bahwa spesies tersebut dapat diselamatkan.

10. Coelacanth (Coelacanthiformes) di Afrika dan Manado, Indonesia


Anda mungkin sudah menebak hewan ini. Coelacanth bertempat sebagai nomor satu dalam takson Lazarus. 

Bahkan non-ahli biologi tahu cerita tentang coelacanth

Selama hampir satu abad, coelacanth telah dikenal hanya dari bukti fosil. Selain itu, kerangka mereka menunjukkan bahwa mereka lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan tetrapoda daripada ikan modern. Hal ini memungkinkan mereka menjadi mata rantai yang hilang dalam evolusi dari kehidupan laut ke kehidupan terestrial. 

Tampak jelas bahwa mereka kuno dan telah punah. Kemudian seorang nelayan di Afrika Selatan menarik ikan yang tampak aneh yang menarik perhatian pekerja museum setempat Marjorie Courtenay-Latimer, yang langsung menyadari pentingnya ikan tersebut. Dengan bantuan seorang teman ahli biologi yang datang untuk membantunya, mereka mengidentifikasi ikan tersebut sebagai coelacanth, sehingga mengubah statusnya dari 'punah selama 400 juta tahun' menjadi 'ditemukan oleh nelayan Afrika.'

Tidak hanya di Afrika, di Indonesia juga pada tahun 1999 telah ditemukan Coelacanth tepatnya di Sulawesi Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun