Wisnu masih sibuk berdzikir ketika tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Seorang berusia empat puluh tahunan berbadan tegap masuk. Ia berpakaian rapi dan tidak seperti orang-orang yang sebelumnya. Penampilannya pun berwibawa. Gaya bicaranya tegas dan datar. Wisnu mencoba menenangkan perasaannya. Ia tahu persis sekarang ia berhadapan dengan pimpinan kawanan yang menculiknya.
“ Selamat sore Saudara, maaf atas perlakuan anak-anak saya tadi…” “ Sore. Ya…mereka kan Cuma melaksanakan tugas Pak !” jawab Wisnu dengan nada sedikit mengejek.
“ You tau kesalahan yang membuat you ada disini ?”
“ Saya tahu, karena saya membela rakyat, memperjuangkan reformasi, menuntut pemerintahan bersih, menuntut TNI keluar dari parlemen. Begittu khan Pak..?”
Bapak tadi tersenyum agak kaget. Dia tak mengira anaka muda dihadapannya itu begitu berani dan tenang menjawab pertanyaannya.
“ Salah!!! You ditangkap karena mengkoordinir mahasiswa untuk merongrong pemerintahan yang sah. Selain itu, demo-demo yang you bikin selalu bikin ribut. Entah itu penghinaan terhadap pejabat tinggi negara, sampai yang terkahir kemarin pembakaran mobil polisi…” Dengan cepat Wisnu memotong..
“ Demo-demo kami selalu bersih. Ada usaha-usaha untuk mencemarkan aksi-aksi kami.Selain itu, apakah mengkritisi dan menyuarakan aspirasi rakyat sama dengan merongrong pemerintahan…?” Bapak itu mulai agak gusar meskipun ia masih mencoba berbicara dengan tenang.
“ You nggak usah sok jadi pahlawan. You masih muda, punya ortu dan keluarga. Jangan susahkan mereka dengan aksi-aksimu. Lebih baik you berhenti berdemo, kuliah yang bener. Kami sanggup nguliahin you sampai doktor kalau you agree”
“ Ini perjuangan Pak! Ini untuk kepentingan rakyat, bukan saya pribadi…”
“ Diam!!! You akan tau apa akbibatnya kalau you menolak tawaran saya!! Bapak tadi cukup kesal dengan jawaban-jawaban Wisnu. Dengan cepat ia berbalik kebelakang, dibantingnya pintu ruangan itu cukup keras.
*****************
Setahun berjalan dengan cepat. Kondisi perpolitikan negri ini masih tak tentu arahnya. Wisnu tak pernah lagi kelihatan batang hidungnya. Danu dan teman-teman merasa kehilangan. Berbagai cara sudah ditempuh untuk mencari Wisnu. Rekan-rekannya sudah melapor ke kepolisian, LSM, namun hasilnyanihil. Pihak polisi menolak tudingan adanya penculikan terhadap sang aktifis tersebut.
Suatu sore sehabis sholat Ashar, Danu dan beberapa aktifis lain duduk-duduk di serambi masjid kampus. Mereka asyik berdiskusi tentng perkembangan terakhir perpolitikan negri ini. Tiba-tiba keasyikan mereka dikejutkan dengan kedatangan seorang pemuda berambut gimbal dan berjenggot panjang. Pakaian yang dikenakannya menandakan ia telah melakukan perjalanan yang sangat jauh. Ia memberi salam dengan nada mengejek dan tertawa-tawa. Sejurus kemudian ia mulai menyanyi-nyanyi tak karuan. Kadang-kadang pemuda itu bergaya seperti orang sedang berorasi.
Danu terkejut bukan kepalang. Ia yakin bahwa pemuda dihadapannya sekarang adalah Wisnu, sang aktifis yang hilang sejak setahun yang lalau. Begitu pula teman-temannya yang lain. Mereka segera mengelilinginya untuk memastikan hal tersebut.