Mohon tunggu...
Hatta Syamsuddin
Hatta Syamsuddin Mohon Tunggu... lainnya -

jalan-jalan berbagi inspirasi, penikmat sejarah & kuliner, guru ngaji dan jualan roti di pesisir bengawan solo \r\n\r\nwww. indonesiaoptimis.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tragedi Sang Demonstran

27 Maret 2010   22:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah melodi indah terdengar menyibak keheningan ruang perpustakaan kampus. Para pecinta buku serempak menoleh ke arah Wisnu, sang pemilik HP. Agaknya mereka merasa terganggu. Dengan sigap Wisnu mengambil HP Nokia 3310 dari saku celananya, dan berjalan ke luar menuju lobby perpustakaan.

“ Assalamu’alaikum .. ya, ini Wisnu. Sama siapa nih ? “
Dari seberang ada sahutan berlatar belakang suara yang cukup berisik, “ Wa’alaikum salam, ini Danu. Kita cuma melaporkan perkembangan, persiapan demo sudah rapi. Perijinan, pamflet, tim acara, tim negosiasi dan keamanan sudah standby di markas. Kita tinggal tunggu perintah selanjutnya”

“ Teman-teman semua sudah tahu tempat dan waktunya kan ? “
“ Everything in the control Capt, kita akan bergerak setelah sholat Jumat “
“Oke, I’ll be there on time, keep the spirit of reformasi. Assalamu’laikum “

Dengan bergegas Wisnu mengemasi seluruh peralatan perkuliahannya, ia melangkah menuju gerbang kampus. Wisnu setahun lalu adalah ketua BEM di kampusnya yang asri di belahan selatan Jakarta. Kini ia memegang kendali di sebuah organisasi mahasiswa ekstra kampus di Jakarta. Organisasi tersebut intens menyuarakan seruan-seruan, dan kritikan terhadap pemerintah tentang jalannya reformasi. Di perkuliahan, Wisnu cukup mampu bersaing dengan teman-temannya satu jurusan. Ia mahasiswa tingkat akhir di jurusan Hubungan Internasional (HI).
Bus yang ditunggu Wisnu berhenti tepat di gerbang kampus. Meskipun penumpang di dalamnya sudah mencapai batas maksimal, sang kondektur masih semangat berteriak-teriak menawarkan jasanya. Dengan sigap, Wisnu melompat kecil, tangannya akhirnya sukses meraih besi pintu bus yang kuat terpasang. Bus berjalan sebagaimana biasa, Wisnu sang aktifis masih sibuk bergelanyutan di pintu belakang bus. Sesekali ia masih menerima beberapa panggilan dari Hpnya. Ia kini menuju masjid Istiqlal, untuk kemudian memimpin demo di depan rumah seorang pejabat tinggi negara.

**************************

“ Capt , siaga satu ! Beberapa provokator lolos masuk barisan “, suara Danu sang korlap demo terengah-engah menuju Wisnu yang masih asyik membaca koran di dalam sebuah bajaj. Beberapa meter di depan mereka adalah kerumunan besar para mahasiswa demonstran yang membawa bendera dan spanduk. Jumlah mereka diperkirakan 3000 orang. Mereka sedang berdemo di depan rumah seorang pejabat tinggi negara, yang kebijakannya jauh dari aspirasi rakyat.

“ Berapa orang pastinya ? “
“sekitar tiga orang, dua diantaranya intel polisi “
“ amankan, jangan sampai ketahuan mahasiswa. Kalo digebukin, demo kita tercemar, perjuangan kita ternodai “

“ siap Capt ! Satu lagi, satu kompi brimob datang dengan peralatan lengkap. Mereka bikin border ketat. Tim negosiasi masih tertahan di luar “
Wisnu sang Jendral lapangan berpikir sebentar. Dahinya terlihat berkerut tajam, seperti biasa ia harus ambil keputusan yang cepat dan tepat.

“ Kita bikin border juga !Terus pressure .. maju perlahan-lahan. Kalau sampai terjadi dorong mendorong, adu otot, usahakan Cuma lima menit. Setelah itu mundur sebentar. Setelah mundur sebentar, pressure lagi. Teman-teman kalau lagi adu otot jangan banyak teriak. Jaga konsentrasi ! Biar orator saja yang mengacaukan konsentrasi petugas.”
Danu segera tanggap dengan arahan Wisnu. Dengan cepat ia berlari ke kerumunan mahasiswa. Mereka masih semangat meneriakkan yel-yel dan nasyid-nasyid perjuangan. Situasi makin memanas, datang dua truk personel tambahan dari Polisi. Mereka segera menyusun border di depan. Adu ketegangan tak terelakkan. Terjadi dorong mendorong selama beberapa waktu.

“ Yaa… buat mahasiswa yang cinta negeri ini .. mundur satu langkah !!!”, teriak Danu dari atas mobil pick up pengangkut sound system. Teriakan disambut para mahasiswa dengan gerakan mundur teratur.

“ Juga bapak polisi, yang cinta negeri ini … mundur satu langkah graak !!”, teriak Danu kembali. Sebagian polisi ikut patuh mundur ke belakang. Sebagian yang lain masih ngotot dengan posisi di depan. Terjadi kesalahpahaman di antara para polisi, mereka terlihat kurang kompak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun