Mohon tunggu...
Hasyyati melanie
Hasyyati melanie Mohon Tunggu... Penulis - Hasyya

Gadis kelahiran kota hujan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembalinya Luka Lama

19 Juli 2022   14:55 Diperbarui: 19 Juli 2022   15:06 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Untuk apa kamu datang?" tanya seorang perempuan di balik pintu yang terbuka.

"Aku mau minta maaf sama kamu," jawab pria itu.

Gabriel Frisia. Perempuan itu benar-benar kaget saat mengetahui siapa orang yang bertamu ke rumahnya pagi-pagi seperti ini. Pria itu adalah Luthfi, orang dari masa lalunya yang sudah lama menghilang.

"Aku udah maafin kamu. Sekarang kamu bisa pergi!" suruh Gabriel tanpa mau menunjukkan diri sepenuhnya.

Pria itu diam, seakan-akan tak berniat sedikitpun untuk beranjak dari sana. Ia hanya menatap Gabriel lekat, seolah-olah menyimpan harapan besar pada perempuan itu.

Ini semua memang salahnya. Ia yang meninggalkan Gabriel saat mereka masih bersama, bahkan tanpa sepatah kata pun. Luthfi yakin jika karena ulahnya itu membuat perempuan yang sampai sekarang masih dirinya cintai terluka.

"Kamu masih punya telingga, kan? Pergi sekarang!" ucap perempuan itu ketus.

Gabriel tak habis pikir dengan pria itu. Bisa-bisanya Lutfi kembali setelah apa yang dilakukan, ke mana pria itu selama dua tahun ini?

Siapa yang tak kecewa dan sakit hati saat pria yang dicintai tiba-tiba menghilang, dan beberapa hari setelahnya ada undangan pernikahan yang datang ke tangan Gabriel atas nama pria itu.

Ingatan Gabriel pun kembali pada kejadian itu saat dirinya cemas memikirkan keadaan Luthfi, dan justru mendapatkan kejutan yang membuat hidupnya berantakan.

"Jadi, Luthfi belum ada kabar juga?" tanya bundanya saat mereka tengah makan malam bersama.

Kedua orang taunya memang sudah mengenal Luthfi, bahkan pria itu sudah akrab dengan ayah juga bundanya.

"Belum juga, Bun. Aku khawatir banget, soalnya, temen-temennya juga pada nanyain. Mereka bilang, Luthfi nggak ada kabar gitu aja," jawab Gabriel.

"Apa mungkin dia pulang ke rumah orang tuanya?" tebak sang ayah. Namun, Gabriel hanya menggelengkan kepala, tidak tahu.

"Coba kamu telepon dulu ibunya!" saran bundanya.

Gabriel terdiam. Jujur ia baru sadar kemarin jika dirinya tak tahu apapun tentang keluarga dari kekasihnya. Padahal Gabriel sudah mengenalkan semua keluarganya pada pria itu.

Merasa ada yang tidak beres dengan anaknya, sang bunda kembali bertanya, "Jangan bilang kamu belum kenal sama orang tua Lutfi?"

"Luthfi nggak pernah bahas orang tuanya kalau lagi ngobrol. Tapi pernah waktu itu vidio call-an sama papahnya sekali," ungkap gadis itu.

Awalnya, Gabriel sempat memberitahu jika dirinya belum siap untuk bertemu dengan orang tua Luthfi, hingga hubungan mereka mengalir begitu saja.

"Kamu itu gimana, sih? Bukannya kalian udah ada rencana buat nikah?" tanya ayahnya tak percaya.

Gabriel hanya diam, bahkan sudah tidak lagi menyentuh makanannya. Pikiran perempuan itu sudah terbang ke mana-mana, berharap kemungkinan terburuk tak pernah terjadi.

Di sela-sela obrolan mereka, terdengar suara bel berbunyi. Melihat sang bunda yang sudah menaruh sendok ke piringnya dan hendak membuka pintu, Gabriel langsung mencegahnya dan pergi membukakan pintu.

Jarang sekali ada orang yang bertamu malam-malam seperti ini. Hal itu membuat Gabriel memiliki harapan jika orang ini adalah Luthfi, prianya yang beberapa hari ini menghilang.

Perempuan itu membuka pintu dan mendapati seorang pria yang berdiri di depan rumah. Ia sama sekali tak mengenalnya, bahkan tak ingat jika kedua orang tuanya memiliki kerabat seperti pria di hadapannya.

"Permisi, apa benar ini rumahnya Gabriel?" tanya pria itu memastikan.

"Iya, saya Gabriel. Ada apa, ya, Mas?"

Pria itu langsung membuka resleting tas pinggangnya dan mengeluarkan sebuah surat undangan pernikahan. "Saya mau nganterin ini, Mbak," kata pria itu sambil menyerahkan surat undangan.

Gabriel mengambilnya dengan ragu. Pasalnya, yang ia tahu, tidak ada teman atau kerabatnya yang akan menikah.

Setelah Gabriel mengucapkan terima kasih, pria itu pun pergi.

Karena penasaran, Gabriel membuka surat undangan  yang ada di tangannya dan membacanya. Seketika dirinya mematung, tubuhnya membeku, dunia seolah-olah berhenti pada detik itu.

Dalam surat undangan itu jelas tertulis nama pria yang beberapa hari ini ia khawatirkan kerena mendadak menghilang. Luthfi Kurniawan.

Gabriel sadar dari lamunannya. Walau sudah dua tahun berlalu rasa sakitnya masih saja terasa saat mengingat kejadian itu. Ia yang khawatir dan menunggu kabar dari pria itu, tiba-tiba mendapat kenyataan yang paling pahit.

"Maafin aku, Riel."

Gabriel memang belum sepenuhnya melupakan pria itu. Namun, ia juga tak mungkin kembali menaruh harapan pada pria yang sudah menikah.

"Aku tau kamu terluka. Tapi, saat itu aku bener-bener nggak bisa berbuat apapun. Termasuk ngehubungin kamu," jelas pria itu.

Walau Gabriel seolah-olah tak peduli dengan penjelasan Luthfi. Namun, ia tetap mendengarkan, dirinya juga benar-benar ingin tahu apa alasan pria itu menghilang.

"Aku dijemput tiba-tiba karena ibu aku tau tentang hubungan kita. Hari itu juga aku dibawa pulang, dan ponsel aku diambil.

Sebenarnya aku udah dijodohin, tapi karena aku nggak mau akhirnya aku pindah ke kota ini dengan alasan kuliah dan akhirnya ketemu sama kamu."

Akhirnya, setelah beberapa tahun Luthfi pergi Gabriel mengetahui alasannya. Alasan yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Perjodohan. Ia tak menyangka jika pria itu bisa melakukan hal sejahat itu.

"Aku tau semuanya salah. Aku menjanjikan pernikahan sama kamu, saat aku tau kalo aku juga akan menikah dengan wanita lain. Maafin aku, Riel."

Maaf? Gabriel sudah memaafkan Luthfi. Namun, luka yang dulu ditorehkan benar-benar masih membekas. Luka lama yang membuat perempuan itu sedikit trauma dengan sebuah hubungan.

"Aku tidak jadi menikah dengan perempuan itu. Walau jujur, aku masih berharap kita akan kembali, tapi aku nggak mau memaksa. Aku cukup tau diri atas apa yang aku buat. Aku cuma mau kamu tau satu hal, kalo aku benar-benar mencintai kamu hingga saat ini."

Luthfi menghela napas berat sebelum melanjutkan perkataannya. "Dan kenapa aku baru kembali? Itu karena aku harus nyelesain kuliah, dan ... dan aku terlalu pengecut untuk bertemu sama kamu."

Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut Gabriel hingga Luthfi akhirnya memutuskan untuk pergi dengan kenyataan jika perempuan itu sudah melupakan semuanya, kecuali rasa kecewa.

Cibinong, 5 Agustus 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun