Kedua orang taunya memang sudah mengenal Luthfi, bahkan pria itu sudah akrab dengan ayah juga bundanya.
"Belum juga, Bun. Aku khawatir banget, soalnya, temen-temennya juga pada nanyain. Mereka bilang, Luthfi nggak ada kabar gitu aja," jawab Gabriel.
"Apa mungkin dia pulang ke rumah orang tuanya?" tebak sang ayah. Namun, Gabriel hanya menggelengkan kepala, tidak tahu.
"Coba kamu telepon dulu ibunya!" saran bundanya.
Gabriel terdiam. Jujur ia baru sadar kemarin jika dirinya tak tahu apapun tentang keluarga dari kekasihnya. Padahal Gabriel sudah mengenalkan semua keluarganya pada pria itu.
Merasa ada yang tidak beres dengan anaknya, sang bunda kembali bertanya, "Jangan bilang kamu belum kenal sama orang tua Lutfi?"
"Luthfi nggak pernah bahas orang tuanya kalau lagi ngobrol. Tapi pernah waktu itu vidio call-an sama papahnya sekali," ungkap gadis itu.
Awalnya, Gabriel sempat memberitahu jika dirinya belum siap untuk bertemu dengan orang tua Luthfi, hingga hubungan mereka mengalir begitu saja.
"Kamu itu gimana, sih? Bukannya kalian udah ada rencana buat nikah?" tanya ayahnya tak percaya.
Gabriel hanya diam, bahkan sudah tidak lagi menyentuh makanannya. Pikiran perempuan itu sudah terbang ke mana-mana, berharap kemungkinan terburuk tak pernah terjadi.
Di sela-sela obrolan mereka, terdengar suara bel berbunyi. Melihat sang bunda yang sudah menaruh sendok ke piringnya dan hendak membuka pintu, Gabriel langsung mencegahnya dan pergi membukakan pintu.