Mohon tunggu...
Hastuti Ishere
Hastuti Ishere Mohon Tunggu... Administrasi - hamba Allah di bumiNya

Manusia biasa yang senang belajar dan merantau. Alumni IPB yang pernah menempuh pendidikan di negeri Kilimanjaro. Bukan petualang, hanya senang menggelandang di bumi Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Hari Pahlawan] Mutiara Kartini dalam Jelaga

10 November 2013   09:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya Mbak, dulu aku nggak pernah pengen kuliah atau kerja di Jakarta. Panas, gaya hidup yang mahal, bikin males mikirnya.”

Hening sejenak. Hani heran mengapa pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Ia seolah mulai menyadari bahwa ia perlahan-lahan sedang mengingkari prinsipnya sendiri. Prinsip yang dianutnya sejak mahasiswa bahwa ia bukan pecinta wisata kuliner. Tujuannya semata-mata untuk alokasi pengeluaran lain yang jauh lebih tepat guna. Ngirit, demikian bentuk singkatnya.

“Iya juga sih. Dulu Junar pas pertama kali dateng ke Jakarta bener-bener penampilannya biasa banget. Maksudnya rambutnya yang masih panjang kayak Sadako gitu. Serem deh pokoknya.”

“Tapi sekarang kayaknya udah lumayan ya, Mbak.”

“Iya lah. Dulu boro-boro dia mau nyapa, disapa aja jawabnya yang datar dan singkat banget.”

“Kayaknya sekarang juga dia udah punya cowok ya, Mbak?”

“Kayaknya sih … bla....bla... .”

Dan obrolan tentang aneka karakter penghuni kos pun berkembang seiring dengan suapan. Bak ibu-ibu arisan, keduanya berhenti makan untuk saling memperhatikan atau saling tertawa. Obrolan merembet hingga urusan jodoh. Demikian mulus mengalir hingga Hani baru menyadari sesuatu. Ia menemukan sisi lain seorang Kinanti yang sedang terkuak.

“Ya awalnya temenku juga kesel. Dia bilang, 'Gimana sih, gue kan nyariin buat elu. Malah ditawarin ke orang.'”

“Trus dianya gimana, Mbak?” tanya Hani antusias.

“Ya dia sih akhirnya mau. Nyoba gitu deh katanya. Eh malah sekarang jadi ama kakakku dan punya anak satu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun