Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semilir Panas Tuan Angin

16 Juni 2023   13:55 Diperbarui: 16 Juni 2023   14:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bolehkah aku memesan sepotong roti bertabur kepingan rindu di sini?" Tiba-tiba ada suara yang memotong kalimatku setelah suara gemerincing terdengar di pintu masuk.

"Duksanana, sepertinya kau harus bekerja." Tuan Angin tersenyum dan menandaskan teh hangatnya.

Aku membalas senyumnya dan menjawab pertanyaan pelanggan yang merupakan seorang lelaki, "Tentu. Bisakah kau menunggu sebentar?"

"Baiklah."

Lelaki berkacamata bulat itu duduk  di meja satu kursi dekat pojok ruangan.

"Hai, Tuan Angin. Lama tidak berjumpa denganmu," sapa lelaki tadi pada Tuan Angin.

"Oh, hai. Kau ... si kacamata dari kota luar, bukan?"

"Ya, kau masih mengingatku?"

"Tentu. Kau orang pertama yang membuatku merasa senang atas pekerjaanku."

"Bukankah itu hal biasa?"

Tuan Angin terkekeh. Semilir sejuk menusuk tulang tiba-tiba memenuhi ruangan ini. Sari-sari pati kesedihan di dalam toples, di atas rak bahan baku roti, secara bersamaan saling berkejaran. Mereka membentuk gumpalan seakan bersatu untuk keluar dari perangkap. Tidak lama kemudian, toples kaca itu pecah berserakan, mengeluarkan isinya yang seketika menyatu dengan semilir sejuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun