Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semilir Panas Tuan Angin

16 Juni 2023   13:55 Diperbarui: 16 Juni 2023   14:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf, apa kau menyukainya?"

Tuan Angin tampak berpikir. Kini, sepasang matanya beralih kepadaku dan menatap tepat di kedua bola mataku.

"Entahlah. Terkadang aku merindukan dirinya di sela-sela aku merindukanmu."

Aku tak berkedip. Ucapannya barusan menambah sengatan listrik yang membangunkan sepasang kupu-kupu dalam perutku. Mereka mulai berterbangan di dalam sana. Dan kami terdiam untuk beberapa saat.

"Hei, mengapa kau mengucapkan kata maaf? Padahal orang-orang di sekitarmu tak pernah mengucapkan itu walau sudah melukai hatimu, bukan?" tanyanya kemudian diakhiri kekehan.

Aku hanya tersenyum getir menanggapi pertanyaannya barusan.

"Kau tak punya teman?" tanya Tuan Angin, lagi.

Seketika aku menunduk. Mataku terasa menghangat, lalu beberapa detik kemudian aku menggeleng pelan.

"Ah, kita senasib." Kudengar Tuan Angin mengembuskan napas panjang. "Maukah kau menjadi temanku? Atau teman hidupku untuk selamanya. Aku bosan dengan kesendirian."

Aku terkesiap akan pertanyaan dari Tuan Angin. Apakah ia benar-benar sadar akan apa yang barusan diucapkannya?

"Aku ... aku ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun