Juga siapa tim dokter yang melakukan otopsi pertama, kalau toh dilakukan otopsi sebelum mayat dikebumikan. Semua harus diperiksa sebagai saksi, bila ada kesalahan otopsi, maka mereka harus bertanggung jawab. Wow, besar efek kasus ini.
Semoga ini tidak masuk kategori kelalaian Polri, baik di Polresta Jakarta Selatan maupun di Polda Jambi, kalau mengetahui ada jenazah di Jambi sebelum dikebumikan oleh keluarga almarhum Brigadir "J".
Sedikit aneh karena locus delicti berada di rumah Perwira Tinggi (Pati) Polri, adakah Polisi dari Jakarta waktu itu bersama keluarga mengantar jenazah Brigadir "J"? Sangat banyak pertanyaan publik belum terjawab. Kelihatannya saat itu terjadi kepanikan luar biasa.
Menurut penulis sangatlah mudah menemukan titik masalahnya, apalagi mayat Brigadir "J" masih ditemukan di TKP, termasuk Bharada "E" teman sekaligus lawan "tembak menembak" korban sendiri, juga masih diketahui dan tidak melarikan diri dan mungkin pula masih berada di posisi locus delicti, TKP.
"Penulis juga bertanya-tanya dalam diri, apakah korban Brigadir "J" meninggal bukan karena tembak menembak?, apakah ditembak atau dibunuh dengan cara lain dan oleh siapa?. Semua masih tanda tanya dan dugaan-dugaan sebelum polisi menemukan titik terang atas insiden itu."
Ada dugaan pula bahwa pistol yang dibawa oleh Brigadir "J", bukan ditembakkan olehnya, tapi, ada orang lain yang menjadi lakonnya atau yang memuntahkan peluru-peluru (katanya ada 7 butir peluru) dari senjata api yang dibawa Brigadir "J"? Semua masih menjadi tanda tanya.
Kasus penembakan misterius di Rumah Dinas - rumah singgah - Kadiv Propam Polri Irjen Polisi Ferdy Sambo masih meninggalkan banyak kejanggalan atau jejak misterius, mulai dari berbagai kondisi TKP sampai dengan kemungkinan berbagai skenario yang bisa saja dibuat oleh oknum-oknum.
Mungkinkah media saat itu belum mencium atau belum mengetahui kejadiannya dan siapa yang pertama memunculkan berita tembak menembak ini ke publik. Saatnya media mengawal kasus ini dengan profesional, ayo kita bantu Polri dalam menyingkap tabir masalah.
Fokus Tubuh Korban
Polri, Kompolnas dan Komnas HAM, harus fokus pada tubuh korban, hasil autopsi yang akan berbicara selain bukti-bukti elektronik atau digitalisasi. Itu yang paling akurat plus rekonstruksi kasus.
Semua itu akan menjadi bahan bantu utama yang paling valid dalam mengetahui masalah. Kami yakin masalah akan terbuka dengan terang benderang, apalagi ada Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD sebagai Ketua Kompolnas yang kita ketahui bersama integritasnya.