Disadari bahwa dengan perkembangan teknologi informasi melalui kecanggihan gadget. Buku konvensional atau buku fisik semakin tergerus di zaman milenial oleh buku elektronik atau e-book.
Kondisi tersebut memang sebelum kemajuan teknologi yang semakin modern dan canggih. Â Terjadi penurunan minat baca, yang sudah jungkir balik di republik Indonesia tercinta.
Disamping memang karena mahalnya buku, juga terjadi persaingan melaui e-Book semakin kompetitif dan mudah didapatkan hanya melalui genggaman. Semakin jatuhlah buku fisik tersebut.
Praktis yang terjadi saat ini, bila kita datang berkunjung ke toko buku, sudah sangat susah didapati anak-anak muda, kecuali mahasiswa dan orang tua yang masih mempercayai keberadaan buku fisik, yang jauh berbeda dan lebih baik daripada e-Book.
Pada suatu kesempatan di bulan Maret 2020 penulis sempat makan malam dan diskusi dengan Wakil Walikota Tegal Muhamad Jumadi, ST, M.M pada salah satu Restoran Sate di Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Â
Kedatangan penulis di Kota Bahari (Julukan Kota Tegal) tersebut dalam rangka menghadiri Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2020.
Banyak hal yang sempat didiskusikan, mulai sampah, pengentasan kemiskinan, tata kota, pengembangan UKM sampai pada buku dan menurunnya minat baca di masyarakat.Â
Dampak dari turunnya minat baca, sehingga dengan mudahnya masyarakat menyebarkan berita hoax karena kemalasan membaca.
Sepakat dengan pendapat Wawali Tegal bahwa begitu pentingnya pemerintah dan pemda segera mengembalikan atau memicu minat baca masyarakatnya. Agar selamat dari kesesatan informasi akibat kurangnya minat atau menurunnya budaya baca.
Perlu segera dibangun masif perpustakaan desa dan termasuk mendorong pihak swasta pada setiap area publik untuk mendirikan gerai atau pojok buku. Keberadaan buku sudah hampir punah di masyarakat.