Semaju apapun peradaban, peran buku teks tidak akan tergantikan oleh e-book. Buku teks memiliki mujizat tersendiri, maka tetap akan berjalan beriringan dengan e-book.Â
Motivasi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk merayakan Hari Buku dunia pada 23 April 1995. Tanggal ini berdasar kematian dari William Shakespeare yang meninggal 23 April 1616 dan sejumlah penulis kenamaan lainnya.
Sementara di tingkat nasional, Hari Buku Nasional itu jatuh pada tanggal 17 Mei. Tidak sampai sebulan perbedaannya dengan Hari Buku Internasional. Tanggal 17 Mei dipilih karena sama dengan hari didirikannya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di tahun 1980.
Inisiasi untuk Hari Buku Nasional ini digagas saat pemerintahan Kabinet Gotong Royong, tepatnya pada 2002. Kabinet pemerintahan Indonesia saat kepemimpinan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz. Menteri Pendidikan saat itu, adalah Abdul Malik Fajar.
Alasan utama UNESCO, untuk kampanyekan budaya membaca dan mengapresiasi para penulis atau pengarang buku, ilustrasi, dan pelaku usaha penerbitan.Â
Sementara untuk Indonesia, motivasinya untuk meningkatkan budaya baca dalam menambah wawasan, pengetahuan, dan mengasah kreativitas serta imajinasi.
Salah satu keistimewaan bulan Ramadan diantara keistimewaan lainnya adalah bulan dimana Allah Swt, menurunkan Al-Quran. Perintah untuk membaca adalah terdapat dalam Surah Al-Alaq ayat 1 sampai 5.
Ayat paling pertama surah Al-Alaq ini, perintah membaca, bukan perintah yang lainnya. Allah Swt berfirman 'iqra` bismi rabbikalla khalaq' yang artinya adalah 'Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.'
Karena tanpa bisa membaca, manusia tidak akan mampu memahami apapun yang sedang dan/atau akan dikerjakan. Islam sejak dini sudah mendeklarasikan perang terhadap buta huruf. Buta huruf identik dengan kemiskinan, sementara kemiskinan mendekati kekufuran.
Dalam Al-Qur'an pula ditekankan bahwa janganlah engkau mengikuti apa-apa yang tidak engkau ketahuinya terlebih dahulu, seperti halnya engkau dilarang mengatakan sesuatu yang tidak diketahui dan dipahami apalagi mengikutinya.
Disadari bahwa dengan perkembangan teknologi informasi melalui kecanggihan gadget. Buku konvensional atau buku fisik semakin tergerus di zaman milenial oleh buku elektronik atau e-book.
Kondisi tersebut memang sebelum kemajuan teknologi yang semakin modern dan canggih. Â Terjadi penurunan minat baca, yang sudah jungkir balik di republik Indonesia tercinta.
Disamping memang karena mahalnya buku, juga terjadi persaingan melaui e-Book semakin kompetitif dan mudah didapatkan hanya melalui genggaman. Semakin jatuhlah buku fisik tersebut.
Praktis yang terjadi saat ini, bila kita datang berkunjung ke toko buku, sudah sangat susah didapati anak-anak muda, kecuali mahasiswa dan orang tua yang masih mempercayai keberadaan buku fisik, yang jauh berbeda dan lebih baik daripada e-Book.
Pada suatu kesempatan di bulan Maret 2020 penulis sempat makan malam dan diskusi dengan Wakil Walikota Tegal Muhamad Jumadi, ST, M.M pada salah satu Restoran Sate di Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Â
Kedatangan penulis di Kota Bahari (Julukan Kota Tegal) tersebut dalam rangka menghadiri Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2020.
Banyak hal yang sempat didiskusikan, mulai sampah, pengentasan kemiskinan, tata kota, pengembangan UKM sampai pada buku dan menurunnya minat baca di masyarakat.Â
Dampak dari turunnya minat baca, sehingga dengan mudahnya masyarakat menyebarkan berita hoax karena kemalasan membaca.
Sepakat dengan pendapat Wawali Tegal bahwa begitu pentingnya pemerintah dan pemda segera mengembalikan atau memicu minat baca masyarakatnya. Agar selamat dari kesesatan informasi akibat kurangnya minat atau menurunnya budaya baca.
Perlu segera dibangun masif perpustakaan desa dan termasuk mendorong pihak swasta pada setiap area publik untuk mendirikan gerai atau pojok buku. Keberadaan buku sudah hampir punah di masyarakat.
Selain membangun pustaka desa, juga sangat perlu membangun pojok literasi di setiap hotel, rumah makan, cafe, destinasi wisata dan lainnya. Perlu di motivasi masyarakat untuk gemar membaca, dengan cara memberi kemudahan untuk mendapatkan buku.Â
Masyarakat saat ini, sudah tidak membaca lagi buku fisik dengan membeli di toko buku melainkan dengan cara hanya membaca buku dengan online atau e-book saja. Alasan klize bahwa gratis dan tidak terlalu repot untuk membawa buku kemana-mana, cukup e-Book saja.
Generasi "Y" atau generasi millenial lebih suka mendapatkan informasi dari ponselnya, dengan mudah mencarinya di Google atau perbincangan pada forum-forum online, yang diikuti oleh generasi ini untuk selalu up-to-date informasi dengan keadaan sekitar.
Diharapkan ke depan pemerintah pusat dan pemda agar memberi subsidi buku mulai dari penulisan (pengarang atau penulis), penerbitan (biaya cetak) sampai pada subsidi pembelian buku (pedagang buku). Semuanya bermaksud memudahkan masyarakat mendapatkan buku.
Selamat Hari Buku untuk masyarakat dunia dan khususnya rakyat Indonesia. Cerdaskan diri, keluarga dan masyarakat dengan cara meningkatkan minat atau budaya baca.Â
Bantu masyarakat agar mudah mendapatkan buku secara fisik. Karena hanya dengan membaca buku, Indonesia bisa cerdas dan sejahtera, keluar dari kemiskinan dan pembodohan publik.
Suplemen e-Book #diRumahAja dan #RamadanBerkah
Surabaya, 3 Ramadan 1441 H | 26 April 2020 M.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H