Ya, akhirnya pangeran mengerti, yang diberikan manusia kerdil itu adalah sebilah pedang gaib, tidak peduli siapapun yang ditemuinya, pasti akan dapat menaklukkannya. Lalu bagaimana dengan roti ? Itu juga merupakan roti gaib, roti itu tidak akan pernah habis dimakan bagaimanapun juga.
Pangeran ke tiga bergegas ke taman belakang, ketika melewat sebuah ruangan, dari dalam ruangan itu muncul seorang putri. "Pangeran ketiga, begitu kau datang, kekuatan sihir di puri ini langsung hilang, mari kuantar kau mencari sumber kehidupan itu!"
"Terimakasih, putri yang cantik".
Sikap pangeran ketiga sangat sopan dan bersahaja.
"Tidak, akulah yang seharusnya berterimakasih, kau telah melepaskan sihir kami. Aku putuskan menikah denganmu, nikahilah aku tahun depan".
Di dalam bebatuan taman belakang itu, mengalir sumber air berwarna hijau, inilah sumber air kehidupan.
Pangeran ke tiga mengisi penuh sumber air kehidupan itu dengan cereknya, lalu lari sebelum sempat mengucapkan terimakasih. Untung saja! Baru saja kakinya melangkah ke luar pintu gerbang, jam 12 pun berdentang.
Dalam perjalanan pulangnya ke istana, pangeran ke tiga bertemu dengan kedua kakaknya, lalu menceritakan semua peristiwa yang dialaminya.
Tepat di saat itu, musuh kebetulan menyerang negeri lain, pangeran ketiga lalu mengusir musuh itu dengan pedangnya, kemudian menyelamatkan menteri dan rakyat negeri yang kelaparan itu dengan rotinya.
Namun, saat setelah raja meminum sumber air kehidupan yang dipersembahkan pangeran ketiga, bukan saja penyakitnya tidak sembuh, malah bertambah parah. Kedua kakaknya memanfaatkan kesempatan itu dengan mengatakan,"Pasti pangeran ke tiga telah meracuni raja".
Raja menjadi murka, lalu memerintahkan menjatuhkan hukuman mati pada pangeran ke tiga.