Mohon tunggu...
Hasbi SidqiRamadan
Hasbi SidqiRamadan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa

never surrender let's pray together

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Raja dan Pangeran Ketiga

22 Februari 2022   13:41 Diperbarui: 22 Februari 2022   13:45 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah pada zaman dahulu kala, ada seorang raja tua menderita sakit parah, melihat itu, ketiga puteranya sangat cemas.

Tabib istana mengatakan, "Hanya dengan meminum sumber air kehidupan, baru bisa menyembuhkan penyakit raja".

Lalu di manakah sumber air kehidupan itu? Ketiga putera raja sama-sama keras berpikir.

Pangeran pertama merenung, jika ingin menjadi pewaris tahta raja, maka aku harus mendapatkan sumber air ini dan menyembuhkan penyakit ayahanda.

Lalu, ia memohon pada raja,"Ayahanda, izinkanlah aku mencari sumber air kehidupan!"

Setelah merenung sesaat, raja akhirnya menyetujui permintaan pangeran Pangeran menunggang kuda tercepat, meninggalkan istana. Ia berjalan dan terus berjalan bersama kudanya. Hingga pada suatu hari, pangeran bertemu dengan sesosok manusia kerdil, "Pangeran, kau begitu tergesa-gesa, kau hendak pergi kemana?"

Manusia kerdil itu bertanya sambil mendongakkan kepalanya. Melihat manusia kerdil itu, dengan angkuhnya pangeran berkata, "Aku hendak pergi kemana, apa ada urusannya denganmu?"

Namun akibatnya Pangeran tersesat begitu masuk ke hutan, berdiri di tengah jalan, ia menjadi bingung, tidak tahu harus ke arah mana baiknya.

Sementara itu di istana keadaan penyakit raja bertambah parah, tapi pangeran pertama masih belum juga kembali ke istana. Kemudian raja menyuruh pangeran ke dua mencari sumber air kehidupan menyusul kakaknya.

Begitu juga dengan pangeran ke dua di tengah perjalanan ia bertemu dengan manusia kerdil itu lagi, "Pangeran kedua kau begitu terburu-buru, mau kemana?"

Pangeran kedua memandang hina, pikirnya, manusia kerdil tak tahu apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun