Begitu bel pulang berbunyi, aku segera keluar kelas. Berjalan dari sekolah menuju jalur yang dilalui angkot, sekitar lima menit jalan kaki. Biasanya, setiap lima belas hingga tiga puluh menit, angkot yang kutunggu muncul, namun sudah satu jam berlalu, angkot yang kutunggu tak kunjung muncul. Jika pun ada, itu angkot yang bukan menuju ke arah rumahku.
"Belum pulang juga, Dek?" tanya seorang tukang parkir yang barangkali heran denganku sebab tak kunjung pulang, dan tetap duduk di emper toko.
"Lagi nunggu angkot, Pak."
"Lah, dari tadi angkot sudah banyak yang lewat. Kok belum naik juga?"
"Angkot nomor 96 belum datang, Pak."
"Oalah, kamu anak baru ya? Sekarang sudah tidak ada lagi angkot nomor 96. Sudah digantikan dengan angkot nomor 99."
"Hah?"
Aku terdiam. Bagaimana mungkin angkot nomor 96 tiba-tiba diganti menjadi angkot nomor 99? Lagi pula tidak ada pemberitaan sama sekali. Atau mungkin aku yang tidak tahu dengan berita terbaru?
Dan ketika ada angkot nomor 99 yang lewat, aku segera menyetop angkot itu dan segera naik. Dalam hati, aku merasa was-was, takut salah tujuan. Namun, apa yang diucapkan tukang parkir itu ternyata benar. Aku sampai ke rumah dengan selamat.
Setelah makan, salat, dan tidur siang, sore harinya, aku bermain futsal dengan teman-temanku. Semua berjalan normal hingga pada menit terakhir pertandingan. Ketika timku sudah unggul 9-5, tim lawan bisa mencetak gol, dan skor menjadi 9 - 9.
"Heh, 9 -- 6!" ujarku.