Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinderella "Bersandal" Mely

6 Januari 2018   09:29 Diperbarui: 6 Januari 2018   09:36 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku duduk di atas sofa emuk. Hemmm... Nyaman sekali. Jarang pantatku merasakan kursi seenak ini.

"Cinderella!"

"Cinderella!"

Hah! Suara nyepreng itu terdengar lagi. Berteriak terus tanpa henti. Begitulah cara Saudara Tirinya memanggil sosok gadis itu. Sungguh, Cinderella gadis yang malang, setelah ayahnya meninggal tanpa penyebab yang jelas. Ibu dan Saudara Tirinya menjadikannya sebagai budak di rumah mewahnya sendiri.

Hatiku iba mendengarnya. Sayang sekali nasibnya tak secantik parasnya.

"Iya... Anatasia! Drizella!"

Suara lembut dan lemah itu, semoga bisa meredamkan amarah dari kedua saudara tirinya.

Dengan langkah cepat, nyaris seperti orang berlari. Cinderella menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar mereka. Bukan perlakuan manis yang dia dapatkan, tapi tatapan sengit dari kedua saudaranya. Terutama Lady Tremaine, ibu tirinya yang juga ada di sana.

"Cinderella! Mana sarapanku? Aku lapar!" tanya Anatasia dengan nada menyentak.

"Cinderella! Baju-bajuku sudah kamu cucikan? Aku tak ingin ada noda sedikitpun di gaun-gaunku," Drizella ikut menyahut.

"Sudah! Semua sudah ku siapkan," jawab Cinderella lembut.

Seperti itulah Cinderella, selalu patuh dan tak berani melawan. Selamanya pun dia akan hidup seperti ini. Menerima dengan lapang dada perbuatan keji keluarga tirinya. Bahkan di dalam pikirannya tak terlintas rasa dendam terhadap sikap kejam mereka. Sungguh gadis itu memang diciptakan untuk menjadi orang yang baik.

Kenapa orang baik selalu kalah dari orang jahat? Bukankah ini tidak adil.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang. Dengan sigap Cinderella menghampiri pintu dan membukanya. Ternyata ada tamu dari Pengawai Istana.

Pengawai istana? Untuk apa dia datang?

Cinderella menerima amplop itu. Menatapnya penuh tanya. Apa isinya? Belum sempat dia membukanya tangan keriput Lady Tremaine langsung merebutnya.

"Apa yang kamu lihat? Kembali bekerja!"

Dengan perasaan kecewa Cinderella berjalan menghampiri tiga pekerjaan utamanya yang masih menumpuk. Mencuci baju, menyapu lantai hingga memberi makan binatang peliharaan keluarganya.

Tanpa sengaja Cinderella mendengar keributan kedua saudaranya dari luar pintu kamar ibunya. 'Pesta dansa? Anatasia dan Drizella meributkan sebuah hal itu'. Dia mengerutkan kening. Curiga? Jangan-jangan isi amplop itu adalah undangan dari raja.

Dengan gaun yang cantik kedua saudaranya keluar dari kamar. Sungguh baju mereka sangat berbeda dari biasanya. Apa mereka akan pergi ke pesta dansa tanpa dirinya?

Mereka benar-benar tega. Kisah ini benar-benar kejam.

"Ibu, izinkanku ikut denganmu!" ucap Cinderella memohon.

Lady Tremaine tersenyum sinis, "liat dirimu?! Kusut dan kotor seperti itu. Pantaskan gadis sepertimu datang ke pesta dansa?"

"Cinderella! Cinderella! Jangan mimpi kamu?! Mana mungkin Pangeran mau berdansa dengan gadis kumal sepertimu," ledek Anatasia.

Drizella tertawa lebar ledekan dari Ibu dan Saudaranya. Ya, Mereka memang selalu merendahkan gadis itu.

Cinderella berlari ke taman belakang rumah. Menangis! Saat ini, dia hanya bisa menangis.

Sungguh gadis malang!

Tanpa sepengetahuannya, Ibu Peri mendengar tangisannya.

"Tenang Cinderella. Jangan sedih!" Hibur Ibu Peri.

"Siapa anda?"

"Aku Ibu Peri. Jangan khawatir aku akan membantumu."

Cinderella tersenyum bahagia saat Ibu Peri mengubahnya menjadi seorang putri yang anggun. Memberikan kereta kuda yang indah. Cinderella masuk ke dalam kereta.

Sebelum ia pergi Ibu Peri berpesan, "ingat kamu harus pergi sebelum jam 12 malam."

Cinderella menganggukan kepala patuh. Ia pun pergi ke Istana tempat pesta dansa akan diadakan. Bertemu dengan Pangeran dan berdansa dengannya.

Beruntung sekali dia. Andai aku Cinderella?!

"Mely!"

"Mely!"

"Dimana kamu?" teriak seseorang mencariku.

Hah. Panggilan itu. Bukankah caranya memanggilku sama seperti Anatasia atau Drizella saat memanggil Cinderella? Aku menghempuskan nafas berat. Bangkit dari kursi dan meninggalkan film yang baru setengah ku tonton di layar televisi.

"Iya, Nona ada yang bisa saya bantu?"

Aku berjalan menghampiri wanita galak itu.

"Kamu dari mana saja? Aku sudah memanggilmu berulang kali."

Aku menundukan kepala tak berani menatapnya bahkan sekedar membuka mulut saja kelu.

Bukankah sikapku ini mirip Cinderella?

Berbondong-bondong perintah dan pertanyaan selalu ditanyakan oleh majikanku. Aku selalu menjawab dengan kalimat singkat, 'iya dan sudah'. Hanya itu yang bisa ku katakan. Miris bukan?

Aku selalu bersikap seperti ini. Karena aku sadar. Aku hanya seorang TKI yang bekerja sebagai pembantu di rumah ini. Mengadu nasib dari kejamnya kehidupan. Entah kapan nasibku akan seperti dongeng yang sudah berpuluh-puluh kali aku tonton.

Menjadi seorang Cinderella. Gadis beruntung yang menikah dengan Sang Pangeran dan hidup bahagia di istana megahnya. Hah, hal itu hanya angan-angan di atas awan. Kenyataannya diriku hanyalah seorang Cinderella Bersendal Mely yang hidup menumpang sebagai budak di negeri orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun