Dulu aku sempat punya hewan peliharaan, seekor kelinci berwarna coklat. Bunny, namanya.
Dulu juga aku tidak membelinya dan tidak ingin memilikinya; apalagi merawatnya. Bunny itu seperti buku yang dipinjam dan tidak ingin dipulangkan.
Jadi, semula Bunny dititipkan oleh teman Gomba sewaktu mereka masih ngekost. Jelang lebaran, Ia ingin pulang kampung. Temannya Gomba menitipkan kelinci peliharaannya yang ada di kostan.
Sesampainya di rumah, Bunny dibawa bukan dengan kandang hewan, tapi... kamu tahu keranjang telur yang ada di warung-warung yang digantung itu? Ya, Bunny dibawa menggunakan itu.
Semoga bisa terbayangkan sebesar apa ukurannya. Tidak terlalu kecil, tapi tidak juga sudah besar karena masih muat dimasukan ke dalam keranjang telur tadi. Mungkin baru 2-3 bulan usianya ketika itu.
Awalnya aneh. Meskipun lucu, kelinci bukanlah hewan peliharaan yang familiar. Kucing atau ayam, banyak; anjing juga sempat ada. Tapi, kelinci?
***
Bunny dikeluarkan dari keranjang hanya diam saja. Tidak lari-larian atau selincah kelinci yang ada di taman Teletubbies. Mungkin masih jetlag, walau Bunny dibawa dari Bogor ke rumah.Â
Karena tidak tega dengan "kandang" seperti itu, semetara waktu, seminggu seingatku, Bunny punya kandang baru dari kardus mi instan beralaskan baju yang tidak terpakai.
Lumayan, selain tidak kesempitan, setidaknya kalau malam Bunny tidak kedinginan. Bunny juga masih tidur di luar, di teras depan.Â