Magrib, lewat; Isya, lewat. Aku masih di kamar dan menangis. Gomah memintaku untuk makan, tapi aku tidak ingin. Gomah mengerti dan membiarkanku di kamar.
Badanku mulai panas. Tidak hanya itu, seperti ada sesuatu di kepalaku --seperti ada yang menaiki kepalaku, tapi aku tidak tahu. Namun, aku tahu rasanya mirip kaki-kaki kecil yang sering menggangguku setiap pagi.
Besoknya aku tidak mau sekolah. Badanku panas, kepalaku sakit. Untung saja Gomah dan Gopah mengerti, tapi mereka memintaku untuk makan pagi itu.
***
Hingga saat ini, setiap ada orang yang baru saja ditinggal oleh hewan kesayangannya, aku coba untuk mengerti perasaannya. Aku tahu sakitnya, aku masih ingat sedihnya.
Jadi kalaupun aku mengatakan "sudah, tidak perlu dipikirkan," bukan berarti menggampangkan. Karena aku pernah merasakan itu dan tidak pernah akan bisa hilang rasanya ditinggalkan.
Apalagi untuk yang pernah lama di hati dan pikiran kita, kesedihan itu berbentuk; punya wujud.Â
***
Sewaktu masih kecil, sebelum Peang tidur, aku pernah menyebutkan nama Bunny walau hanya sekali.
"Kamu tuh dulu punya kakak, namanya Bunny,"
"Bugs Bunny?"