Sebenarnya aku sendiri tidak peduli dengan itu. Tidak penting-penting amat untuk tahu bagaimana mereka tidur dengan pasangannya lalu bercinta. Mau sambil jungkir balik atau jilat-jilatan. Bebas. Yang pasti, aku kadung membeli tiketnya, datang, dan mau-tidak-mau mendengarkan. Sial.
Buatku sendiri, hal yang menarik yang bisa dibahas dan mungkin bisa diperbincangkan adalah bagaimana kehidupan mereka, setelah menikah, dengan lingkungan sosial baru. Masalah sosialnya, bukan hal-hal privat.
Yang menjenuhkan nonton pertunjukan stand-up kiwari yha seperti itu.
Makanya ketika aku menawarkan bahasan soal pernikahan kepada Ridwan Remin, harapanku, ia bisa menyajikan hal lain dari kebanyakan komika-komika yang kini tengah memasuki fase tersebut.
***
Musdalifah dan pasangannya, Dian Iyoy --yang akan segera menikah, yang berarti akan ada tambahan komika membahas hal serupa soal pernikahan-- membuka Bogor Hujan Tawa volume 2.
Musdalifah cerita bagaimana nakalnya ia ketika dulu. Sebenarnya itu bisa menarik kalau ternyata dari beragam kenakalan perempuan bukan lagi objek, melainkan subjek yang punya kuasa atas kenakalan remaja tersebut.
Dan itu memang yang dicoba oleh Musdalifah. Sayangnya, karena tidak terlalu dalam, yang justru muncul adalah sikap nrimo-hayuk seorang perempuan diajak nakal. Dapat lucu, tapi tidak dengan sikap seorang perempuan.
Begitu juga dengan pasangannya, Dian Iyoy. Stigma-stigma yang belakangan hadir mengenai LGBTQ+ coba ia bawa ke panggung. Contohnya, ternyata lelaki meski ngondek, punya hasrat ingin menikah. Bukan hanya bisa, melainkan mau.
Posisinya jelas, siapa dan di mana Dian Iyoy. Tapi karena tidak terlalu dalam, jadi sekadar peluang-peluang yang ia dapatkan dari berperilaku ketika seperti itu. Bisa pelukan dengan perempuan mana pun dan cipika-cipiki. Lucu, tapi kalau sekadar hanya itu buat apa?
Setelah pasangan itu ada Fajar Nugra. Aku tidak ingin membahasnya dulu. Karena aku mesti verifikasi dan meminta Nugra klarifikasi. Aku tidak ingin berasumsi terlalu jauh.
Kalau ia membaca ini tolong segera wasap yha~
***
Ada benang merah dari penampilan Indra Jegel dan Ridwan Remin: keduanya membahas soal masalah dalam pernikahan mereka masing-masing.
Lupakan bagian di mana keduanya memanen tawa. Aku ingin fokus dari apa yang mereka bawakan.