Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Alifah dan Cadarnya

25 Agustus 2019   17:53 Diperbarui: 25 Agustus 2019   17:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu karena Alifah kalian anggap bukan orang suci, lantas apakah Alifah harus menjadi seperti kita? Memakai jeans ketat, baju ketat, rambut yang terurai dan dengan bebas nya di lihat laki-laki. Aku mohon, Alifah memang bukan yang paling suci, tapi biarkan dia milih pilihannya sendiri."

"Apakah saat dia masuk perpustakaan, Alifah lantas berkata "Wah, ada perempuan murahan di perpus." Kalian dengar Alifah bicara begitu? Aku akan menjadi orang yang pertama menampar nya jika dia bilang begitu. Tapi dia tidak, dia menghargai kalian dan begini kah cara kalian membalasnya? Aku sudah bertahun-tahun bersahabat dengannya dan dia gak pernah memaksa ku untuk menjadi seperti dia sekarang, lihatlah sekarang aku pun masih belum memakai cadar bahkan aku gak memakai hijab." Ucap Kamila dengan mata yang berkaca-kaca.

"Alifah bukan teroris, bukan radikal pula. Yang aku tahu dia sahabat ku, penjual makanan kecil yang sedang berkembang. Aku tak pernah melihatnya membuat bom, yang aku lihat dia hanya membuat kue brownies kecil yang manis, sangat manis. Kalian tak bisa menyalahkan semua perempuan bercadar dengan satu kesalahan yang dibuat satu individu, tak semua dari mereka begitu. Aku mohon, jangan perlakukan sahabat ku seperti itu, kalian menyakiti perasaan ku juga." Ucapnya dengan sedih dan mata yang berkaca-kaca.

  Alifah beranjak dari kursinya dengan tenang, mengembalikan buku, membawa tas nya dan mendekat ke Kamila lalu berbisik dengan lembutnya kepada sahabat nya itu. "Aku dapat pesanan makanan, bantu aku di rumah ya." Sambil tersenyum. Kamila mengangguk.

  "Assalamualaikum." Ucap Alifah sebelum pergi dengan sahabatnya yang hampir menangis. Mereka melewati penjaga perpustakaan dan laki-laki gentle yang membiarkan Kamila bicara lebih lama.

Mereka berjalan pulang bersama menuju rumah Alifah, dan tak bicara apapun sampai mereka melewati jalan alternatif yang biasa dilewati Kamila. Alifah menoleh ke wajah sahabatnya untuk memastikan dia baik-baik saja.

"Duh, sahabatku yang berani." Ucap nya memuji Kamila.

"Aku kasihan sama kamu Alifah." Jawabnya.

"Aku tahu, aku selalu tahu itu. Aku juga tahu Allah bersama ku. Sama seperti kamu yang bersama ku. Aku bangga sama sahabat ku." Ucap nya yang lagi-lagi memuji Kamila.

"Maaf membawa mu ke tempat itu."

"Kenapa kamu minta maaf? Kamu baru saja memperlihatkan buku yang bagus. Sastra Gendhing." Jawab Alifah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun