Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Alifah dan Cadarnya

25 Agustus 2019   17:53 Diperbarui: 25 Agustus 2019   17:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keliatan dong bawa bom."

Ejek mereka yang semakin menjadi-jadi.

Pembaca, maaf sekali lagi saya menginterupsi cerita. Tapi disini kalian akan saya perlihatkan sisi agresif Kamila yang sudah tak bisa ia tahan lagi. Saya berharap bahwa ini akan sesuai dengan apa yang saya bayangkan.

  Kamila menutup buku dan bangun dari kursi nya, dan menghadap ke Ayu dan rombongan nya.

"Kalian jangan sembarangan ngomong ya! Dia ini sahabat ku, aku gak terima!" Ucap Kamila dengan kesal.

"Kita gak ngejek lo ya, temen lo aja biasa kenapa lo malah kesel sendiri?"

"Aku udah deket dan kenal sama Alifah, aku gak terima denger kalian ngomong seenaknya begitu!"

"Lagi dia juga, pake baju kaya orang Arab, ini di Indonesia, hargai Indonesia dan budaya nya."

"Oh, kamu bilang hargai Indonesia? Coba sebut isi sumpah pemuda, sebut kebudayaan di Nias, hmm.. kamu Nias dimana aja gak tahu kan? Kalah dong sama Alifah yang kalian sebut gak cinta negara! Kalian baca apa? Cuma ngerumpi di perpus? Liat Alifah baca apa? Kalian sebut Alifah gak cinta Indonesia tapi kalian sendiri gak tahu apa-apa tentang Indonesia, mana rasa cinta kalian?"
"Seenggaknya kita gak radikal pake dasar-dasar segala, sok suci. Padahal belum tentu suci juga sih."

"Alifah cuma mau pakai cadar karena anjuran agama nya, keyakinannya, kenapa kita permasalahin itu? Apa Alifah harus suci dan tanpa dosa terlebih dahulu sebelum menunaikan anjuran agama nya? Kalau emang iya, bagaimana dengan kita yang sampai sekarang masih membuka aurat?!"

  Kali ini ayu dan teman-temannya diam, dan mulai saat ini hanya Kamila yang berbicara dan terus berbicara. Seorang penjaga mencoba menghentikan perdebatan mereka, namun seorang laki-laki dengan gentle menahan penjaga itu dan berkata "Jangan, jangan dihentikan. Biar semua tahu. Biarkan dia bicara lebih lama lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun