"Pemuka agama, ahli kitab atau pemimpinnya seperti ustaz, pastor, pendeta, banthe dan lain-lain, ya ada beberapa orang yang sudah mengantarkan umatnya pulang kembali ke rumahnya, tetapi ada juga yang membuat jebakan kemelekatan, jangan sampai pengikutnya tahu jalan pulang supaya mereka bisa mendapatkan keuntungan finansial dari situ," jawab Pak Ali dengan mimik muka yang tegas, tenang dan meyakinkan.
Lantas Pak Ali mencoba menyamakan para oknum pemuka agama yang tidak menunjukan jalan pulang ke rumah dengan profesi calo yang menjual tiket bis di terminal dan mereka tidak ikut naik sampai tujuan.
"Saya dalam hal ini bukan memusuhi mereka, Mas." Pak Ali mencoba menenangkan diriku yang masih meraba-raba arah diskusi.
Kali itu Pak Ali menyampaikan tentang pesan para sesepun di mana hal itu tidak ada yang benar atau salah. Adanya mengerti atau belum mengerti. Jika seseorang belum sampai tahap pengertian ya memang tidak akan mengerti. Pak Ali memberi penjelasan sambil mengutip pesan sesepuh: Di dunia ini ada dua golongan, mengerti atau belum mengerti. Kalau ukurannya salah atau benar, itu semua berdasarkan jumlah suara mayoritas terbanyak ketika  salah atau benar.
 Aku pun mencoba mengingat kembali pesan sesepuh dalam buku atau ceramah yang disampaikan kepada kami semua saat beliau masih ada. Percakapan kami seru sekali, tanpa terasa sudah waktunya makan siang. Kami pun santap siang bersama dengan menu buatan istri Pak Ali. Sayur asem, ikan cuek balado dan tahu tempe goreng. Selama makan, pikiranku melayang memikirkan percakapan tukang ojek pulang ke rumah dibandingkan dengan calo.
Akhirnya sekitar jam tiga sore aku pamitan pulang, banyak hal yang bisa dibawa sebagai bahan permenungan dan refleksi dari pertemuan dengan Pak Ali. Sepanjang perjalanan pulang, aku memikirkan diskusi tadi. Laju sepeda motor kubawa dengan santai menikmati suasana sore yang indah.
Sampai di rumah segera bebersih diri lalu santai di kamar. Pada saat itu aku menemukan pengertian: Pulang ke rumah. Selama ini banyak orang pergi meninggalkan rumah tetapi lupa jalan pulang. Padahal, yang seharusnya, sejauh kaki melangkah pada akhirnya pulang ke rumah juga.
Pengertian itu kemudian aku tulis di catatan pribadi: Pulang ke rumah itu ya artinya, masuk ke dalam diri sendiri, kenali diri, bukan mengenal pribadi orang lain. Saat itu aku juga teringat kutipan Aristoteles yang mengatakan Knowing yourself is the beginning of all wisdom. Sejatinya dalam setiap agama ada. Masuk kembali ke diri pribadi masing-masing. Masalahnya, apakah mau atau tidak melakukannya.
Aku bersyukur bisa sharing dan diskusi dengan Pak Ali. Aku ingin berterima kasih kepadanya melaui pesan WA. Aku mengatakan bahwa banyak hal yang bisa kudapatkan darinya. Hal itu memang tidak mudah diterapkan tetapi setidaknya ada sesuatu yang bisa aku pelajari. Semua membutuhkan proses. Ya hidup sebaiknya terus diperbaharui, Vita est semper renovanda. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H