"Mas, biasanya tukang ojek itu, anter penumpang dengan tujuan ke luar rumah. Ya seperti Mas Hari tadi, Mas anter keponakan ke stasiun, itu artinya Mas Hari anternya ke luar rumah, kan?" Pak Ali mencoba memberi penjelasan perlahan-lahan dengan contoh yang sederhana dan biasa terjadi.
"Nah, saya ini anterin penumpang balik pulang ke rumahnya, bukan ke luar rumah atau makin menjauh dari rumahnya." jawab Pak Ali sambil tersenyum khas, ia puas membuat diriku makin bingung dan belum menemukan apa yang dimaksud Pak Ali dari pernyataan sebelumnya.
Pak Ali tertawa. "Mas Hari bingung sepertinya, ya?" tanya Pak Ali sambil memainkan rokoknya yang tinggal setengah batang itu.
"Itu perumpamaan Mas, jangan terlalu dipikir serius, bisa cepat tua nanti." Pak Ali akhirnya memberi jawaban sambil senyumnya khasnya.
Aku masih diam, mencoba mencerna apa yang dimaksud Pak Ali. Tukang ojek yang mengantar pulang ke rumahnya, bukan antar ke tujuan luar rumah seperti kantor, stasiun, pasar atau lokasi lainnya. Tanganku meraih cangkir isi kopi yang tinggal setengah isinya.
"Jadi kongkritnya bagaimana ya, Pak?" tanyaku lalu mencecap kopi. Otakku sambil berpikir mencoba menyerap apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pak Ali merapikan sikap duduknya, ia mengambil posisi lebih santai dari sebelumnya. Ia nyalakan batang rokok baru sebelum memulai percakapan lebih mendalam dan serius. Matanya menatap lurus ke arahku sambil tersenyum.
"Mas Hari. Maksud perumpamaan tadi itu adalah," Pak Ali berhenti sejenak, ia menarik dengan lembut isapan tembakau dalam rokoknya.
"Orang-orang yang datang ke saya, akan saya ajak untuk masuk ke dalam dirinya, yaitu pulang kembali ke asalnya." Pak Ali beri penjelasan dengan tenang sambil mengisap rokoknya lebih dalam.
"Banyak orang sekarang ini tersesat atau menyesatkan dirinya, mereka lupa jalan pulang kembali ke rumah. Mereka semakin menjauh dari rumahnya, jauh dari dirinya sendiri." Pak Ali lalu melanjutkan. "Ego manusia yang menciptakan ini semua. Mereka sibuk mencari kebahagian yang di luar diri. Harta, tahta dan wanita kalau untuk lelaki. Kesenangan semu yang tidak abadi," jelas Pak Ali dengan suaranya yang tenang dan lembut.
"Lalu bagaimana dengan pemuka agama dan ahli kitab itu?" tanyaku dengan penuh semangat. Â Alur diskusi sudah mulai ini, lebih baik tanya lebih dalam saja ke Pak Ali, pikirku dalam diri.