Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Turbulensi Ekonomi Melahirkan Inovasi

4 Februari 2024   17:59 Diperbarui: 5 Februari 2024   07:41 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turbulensi menghasilkan inovasi (Sumber Ilustrasi: KOMPAS/HERYUNANTO)

Kedua, data BI menunjukkan berbagai pergerakan cepat transaksi digital pada 2023. Nilai transaksi digital banking tercatat Rp58.478 triliun atau tumbuh sebesar 13,48% (yoy) dan diproyeksikan meningkat 9,11% (yoy) hingga mencapai Rp63.803 triliun pada tahun 2024.

Nilai transaksi Uang Elektronik meningkat 43,45% (yoy) sehingga mencapai Rp835,84 triliun dan diproyeksikan meningkat 25,77% (yoy) hingga mencapai Rp1.051,24 triliun pada tahun 2024.

Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 130,01% (yoy) dan mencapai Rp229,96 triliun, dengan jumlah pengguna 45,78 juta dan jumlah merchant 30,41 juta.  

(YoY atau year on year adalah perbandingan pertumbuhan tahun ini dengan tahun sebelumnya pada bulan yang sama)    

Meskipun ekosistem ekonomi digital telah dipersiapkan sejak lama, tidak dipungkiri bahwa terjadinya pandemi memberikan daya dorong yang kuat untuk percepatan perkembangannya.      

Selain pandemi, inovasi juga dipercepat karena adanya kejenuhan negara-negara di dunia terhadap dominasi AS dalam mempengaruhi pergerakan ekonomi global.

Kebijakan negeri Paman Sam itu kerapkali menimbulkan dampak ekonomi yang tidak menguntungkan bagi negara-negara lain. Misalnya, naik turunnya suku bunga acuan bank sentral AS berdampak pada menguat dan melemahnya kurs mata uang domestik terhadap dollar AS. Sikap tersebut sangat terasa saat ini ketika AS berupaya mengendalikan inflasinya yang tinggi sebagai dampak tekanan geopolitik.  

Ketergantungan yang terlanjur tinggi terhadap USD menjadi faktor utama terjadinya goncangan ekonomi global akibat tindakan AS. 

Oleh karenanya, saat ini mulai berkembang trend inovasi konektivitas pembayaran antar negara. Mereka tidak lagi menggunakan acuan USD untuk transaksinya atau disebut Local Currency Transaction.

Negara-negara ASEAN pun telah berinisiatif memperkuat koneksi pembayaran antar anggota. Hasilnya, secara bertahap mereka dapat mengurangi keterikatan dengan USD.    

Bagaimana ke Depan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun