Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Turbulensi Ekonomi Melahirkan Inovasi

4 Februari 2024   17:59 Diperbarui: 5 Februari 2024   07:41 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turbulensi menghasilkan inovasi (Sumber Ilustrasi: KOMPAS/HERYUNANTO)

Selain itu, kajian Bank Indonesia menyebutkan bahwa 1998 merupakan krisis perbankan terparah sepanjang sejarah perbankan nasional. Saat itu memang terjadi penutupan 16 bank. 

Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan  atau self-fulfilling prophecy runtuh hingga memicu adanya penarikan dana besar-besaran atau bank runs.

Turbulensi Melahirkan Inovasi

Dengan berbagai ujian itu, dunia ternyata masih membuktikan kemampuan mengatasi sekian turbulensi ekonomi. Setiap keterpurukan dijawab dengan kebangkitan, terus berulang. Data World Bank menunjukkan PDB global tidak pernah konstan alias terus berfluktuasi. 

Misalnya, pada 2020 saat pandemi, PDB global mencapai titik nadir -3,1%. Namun, setahun kemudian PDB global mencetak rekor tertinggi selama hampir 2 dekade yaitu 6,2%.    

Turun naikknya indikator ekonomi tersebut tentu tidak terlepas dari keberhasilan dalam mengatasi persoalan ekonomi yang tidak berhenti. Inovasi-inovasi kerap tercipta disaat kondisi ekonomi sedang sangat sulit.    

Bukti paling mudah dilihat adalah peristiwa yang baru saja umat manusia alami yaitu dampak pandemi Covid-19. Pembatasan ketat aktivitas fisik mendorong pelaku ekonomi untuk mencari solusi agar roda perekonomian tetap bergerak.

Dari situlah terjadi revolusi digital berupa akselerasi ekonomi berbasis teknologi yang semakin masif. Keterbatasan interaksi fisik dijembatani dengan beragam instrumen digital. Negara-negara di dunia pun terus mempercepat transformasi ekonomi digitalnya.

Di Indonesia, ekonomi digital dapat dikatakan telah menjadi "mainstream". Artinya, masyarakat sudah mulai terbiasa dengan aktivikas ekonomi berbasis teknologi itu. Kondisi itu dibuktikan dari beberapa indikator.

Pertama, berdasarkan Statistic eCommerce BPS, nilai eCommerce di Indonesia diperkirakan mencapai USD 59 milliar pada tahun 2022. Pertumbuhan eCommerce negeri ini juga tercepat kedua setelah Vietnam.

Nilai sektor tersebut bahkan diproyeksikan meningkat menjadi USD95 milliar pada 2025. Pertumbuhan tersebut signifikan apabila dibandingkan pada 2019 yang hanya sebesar USD 25 milliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun