Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berkaca pada Perang Padri, Perang Saudara yang Memecah Belah

1 Juni 2017   00:58 Diperbarui: 2 Juni 2017   10:23 14960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luitenant kolonel Raaff tengah memimpin pasukan Belanda (G. Kepper - Wapenfeiten van het Indische leger)

Selain itu, ihwal yang menjadi perdebatan sengit antara Kaum Adat dan Kamu Padri adalah mengenai Pewarisan berdasar garis pihak perempuan, atau dikenal matrilineal dalam kebudayaan Minangkabau.

Penyerangan, penaklukan dan pertempuran

Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik - tiga tokoh penting  kaum padri- menghimbau agar Sultan Pagaruyung saat itu, Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah untuk mengajak semua kaum Adat agar kembali pada ajaran islam murni tanpa mencampur adukkan dengan urusan adat istiadat.

Usaha itu sia-sia karena kedua kubu tak kunjung menuai kesepakatan dan titik temu. Keduanya sama-sama memegang teguh keyakinan atas apa yang mereka percayai mengenai ajaran agama dan pentingnya memegang teguh adat istiadat.

Tak juga mendapatkan pengaruh dari Sultan, pada 1815 kaum Padri mulai geram dan melakukan penyerangan terhadap Kesultanan. Dibawah pimpinan Tuanku Pasama, kaum Padri  menyerang Kerajaan Pagaruyung.

Puncaknya, dengan begitu tragis pecahlah peperangan di Koto Tangah. Pada peperangan ini, beberapa tokoh kesultanan tewas terbunuh akibat kesalahpahaman antara Kaum Padri dan pihak Pagaruyung. 

Serangan kaum Padri ini mengakibatkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri. Sisa-sisa kehancuran kesultanan Pagaruyung digambarkan dalam catatan Raffles berangka tahun 1818.

Dalam catatannya, Raffles menyebutkan bahwa tak ada yang tersisa dari Istana Pagaruyung, kecuali reruntuhan istana yang telah habis terbakar, Raffles menulisnya sebaga sebuah pemandangan yang mengerikan.

Pertempuran sengit antar sesama saudara satu bangsa dan satu agama ini terus berlangsung  hingga 1821. Dengan gelora jihad dan semangat meluruskan ajaran Islam, Kaum Padri terus melawan Kaum Adat yang masih bersikeras melaksanakan tradisi yang sebagian besar bertentangan dengan ajaran Islam.

Campur Tangan Belanda

Atas desakan yang begitu kuat yang diterima dari Kaum Padri, Kaum Adat diwakili oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar pada 21 Februari 1821 meminta bantuan kepada Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun