Jika pada masa itu musuh kaum Padri dan Kaum Adat adalah pemerintahan kerajaan Belanda yang  memiliki hasrat kuat menguasai tanah kesultanan Minangkabau yang kaya raya.Â
Kini musuh sebenarnya bangsa kita tentu bukan mereka yang disebut ulama yang dicap radikal, pejabat yang sering berkata kasar, orang-orang yang disebut bani kotak, bani ngantuk, kaum bumi datar, cyber army, serta sebutan-sebutan lain yang justru mendekatkan kita pada pintu pertikaian horizontal.
Musuh kita sebenarnya lebih berbahaya dari itu. Musuh yang tengah kita hadapi adalah kebodohan, stagnansi, sikap jauh dari toleransi dan segala hal yang membawa kita pada kemunduran dan pertikaian.
Pertikaian antar saudara akan membuat kita tak sempat untuk memikirkan hal-hal yang lebih substansial sebagaimana telah sukses dilakukan negara-negara lain untuk memajukan bangsanya.
Jangan sampai, kesadaran mengenai persaudaraan dan kesatuan timbul setelah pecah pertikaian fisik  tak berkesudahan yang menelan korban dan menghabiskan banyak sumber daya ekonomi maupun sosial layaknya Perang Padri.
Jangan sampai kesadaran itu baru timbul setelah musuh utama  kita hadir ditengah ketidakterbukaan pikiran mengenai keragaman, toleransi dan keengganan mengedepankan diskusi dengan akal sehat dalam berkehidupan sosial.
Saatnya kita belajar pada sejarah.Â
Sumber:
- Â https://tropenmuseum.nl/en/collection
- http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20161109155715-445-171496/pahlawan-di-lembaran-uang-imam-bonjol-dan-perang-padri/
- https://en.wikipedia.org/wiki/Pagaruyung_Palace
- https://tirto.id/mekah-yang-memantik-perang-padri-cj4m
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H