Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bertandang ke Danau Jempang, Menyapa Kawan Dayak Benuaq

28 Oktober 2015   01:10 Diperbarui: 29 Oktober 2015   21:43 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Mengagumi Kain Ulap Doyo

Saat kami tiba di Kampung Tanjung Isuy, kami disambut oleh suasana yang begitu hangat, senyum orang-orang sekitar dan sapaan mereka menyambut kami dengan gembira. Masyarakat di sini mungkin sudah diberikan arahan oleh pemerintah setempat untuk selalu bersikap ramah, terutama pada tamu.

Kami singgah di salah satu rumah yang menjajakkan aneka kerajinan asli suku Dayak Benuaq. Menurut Bang Sagala, masyarakat di perkampungan ini begitu piawai dalam membuat kerajinan dari serat, kayu dan manik-manik. Salah satu kerajinan terkenal adalah kain ulap doyo.

Keahlian membuat kain ulap doyo merupakan salah satu warisan budaya tak benda milik Suku Dayak Benuaq yang bernilai tinggi. Dinamakan ulap doyo karena kain ini berasal dari sejenis tumbuhan pandan yang oleh masyarakat Dayak Benuaq disebut dengan tanaman Doyo (Curliglia latifolia).

Proses pembuatannya amat rumit. Pertama daun doyo dikumpulkan kemudian dikeringkan, setelah itu daun ditempa halus untuk mendapatkan bentuk yang pipih. Serat daun kemudian dikeluarkan satu persatu dari struktur daun untuk menghasilkan benang yang halus, bertekstur unik namun tetap kuat.

Benang-benang yang sudah terlepas dari struktur daun ini kemudian diberi warna dengan pewarna alami yang diekstrak dari bahan-bahan hasil hutan. Warna merah berasal dari buah glinggam, kayu oter, dan buah londo. Warna lain seperti coklat, biru serta hijau didapat secara alami dari tanaman-tanaman lain yang tersedia di hutan sekitar danau Jempang.

Kain ulap doyo di dalah satu pusat kerajinan di Tanjung Isuy (Dokumentasi Pribadi)

Serat-serat halus ini kemudian ditenun dengan menggunakan mesin tenun tradisional. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menghasilkan kain ulap doyo, tergantung ukuran, kerumitan motif dan penggunaan benang. Motif ulap doyo kebanyakan menggambarkan hiasan manusia, flora dan fauna serta beberapa ulap doyo menggambarkan ornamen naga dalam kain hasil tenunnya.

Menurut salah satu kawan Bang Sagala, kini tak banyak yang menguasai teknik pembuatan ulap doyo, diantara ahli yang masih membuat hingga sekarang sebagian besar sudah berusia senja.  Sebagian ahli penenun ini sudah mempelajari teknik tenun ulap doyo sejak kanak-kanak.

Rumah Lamin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun