Kalimantan memendam begitu banyak keunikan wisata yang sayang untuk dilewatkan. Panorama alam khatulistiwa hingga keragaman budayanya menjadi daya tarik tersendiri yang membuat pulau terbesar ketiga di dunia ini menjadi primadona tujuan wisata sejak periode eksplorasi awal di era kolonialisme.
Di penghujung musim penghujan lalu, akhirnya saya bisa menyempatkan diri untuk mengunjungi Bumi Borneo. Tepatnya ke Kalimantan bagian Timur. Saya bersama satu orang partner tiba di Balikpapan pagi menjelang siang, tanpa menunggu lama, kami langsung menuju daerah Kutai Barat. Perjalanan ditempuh dalam waktu 7 jam, melewati hutan dan perkebunan-perkebunan berbukit yang ditanami buah naga (Hylocereus undatus) dan nanas (Ananas comosus). Selebihnya, perjalanan hanya menyuguhkan pemandangan padang rumput yang sesekali diselingi danau-danau berukuran kecil.
Meski kunjungan saya ke Borneo dalam rangka dinas, saat libur datang rasanya sayang sekali jika hanya dihabiskan di dalam ruangan, atas ajakan kawan saya, Bang Sagala, kami pun mengunjungi salah satu bentang alam yang terkenal di Kalimantan Timur, Danau Jempang!
Perjalanan dari camp permukiman ke danau Jempang hanya memakan waktu setengah jam, menggunakan kendaraan roda empat. Sabtu itu musim hujan masih membekas, gerimis kecil turun, cukup untuk membuat jalanan kebun dan pertambangan sekitar perkempungan sedikit becek. Beruntung saat kami tiba di danau, udara cerah kembali.
Danau ini merupakan salah satu danau terbesar dalam sistem aliran Sungai Mahakam. Bersama tujuh puluhan danau lain di kalimantan Timur, danau Jempang turut menyumbang limpahan air ke aliran sungai Mahakam.
Danau dengan luas sekitar 15.000 ha ini menyuguhkan panorama alam yang masih asli. Tepi danau ditumbuhi rumput rimbun kehijauan, di tepi lain, pemukiman-pemukiman yang mungkin berusia ratusan tahun memeriahkan pemandangan danau eksotis ini. Saat kami tiba, kami disambut pemandangan sekelompok anak-anak suku Dayak Benuaq yang tengah mengoleskan lem di atas kayu untuk membuat perangkap burung di tengah danau.
Sekelompok anak yang tengah mengoleskan lem perangkap burung di Danau Jempang (Dokumentasi Pribadi)
Di sisi lain danau terdapat sebuah dermaga kecil yang diperuntukan untuk bersandarnya perahu-perahu masyarakat dari kampung sebrang. Saat berfoto di dermaga, saya menemukan hal unik yang begitu sayang untuk tidak diabadikan. Pada tiang-tiang dermaga terdapat ukiran-ukiran bermotif naga, ukiran naga ini dibentuk dengan begitu halus dan detil. Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Benuaq, naga adalah sosok hewan surgawi yang melambangkan kekuatan.
Â
Setelah puas menangkap momen di Danau Jempang, atas rasa penasaran, akhirnya saya mengajak Bang Sagala untuk mengunjungi salah satu pengrajin patung dan kain ulap doyo di Jl. Indonesia-Australia di Kampung Tanjung Isuy, masih tak jauh dari Danau Jempang. Belum sempat saya bertanya mengapa jalan ini dinamakan Jl. Australia – Indoneisa, namun terpampang jelas bahwa papan nama ini dibuat oleh kelompok KKN Mahasiswa Unmul XXXII.