Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menziarahi Makam Jambon, Memaknai Ulang Toleransi

26 September 2019   20:17 Diperbarui: 27 September 2019   01:57 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lha, iya." Sahut Mbah San, atau nama lengkapnya Dahlisan, alias dari lisan, begitu katanya. "Saya ini ga mau dibawa-bawa ke masalah agama lho, ya. Biarlah itu jadi urusan kita dengan yang maha kuasa saja, berdua. Urusan masing-masing," dalih Mbah San dengan bijak.

Perbandingan nisan lainnya di Makam Jambon. Adakah yang memiliki ornamen desain khas Islam?
Perbandingan nisan lainnya di Makam Jambon. Adakah yang memiliki ornamen desain khas Islam?
"Ya iya Mbah. Itu jenazah juga sudah jadi benda mati, menyatu kembali dengan alam. Dia ga akan protes juga sebenarnya nisan dua meter di atas kepalanya mau seperti apa," Kekeh say. Mbah San ikut tertawa.

"Yang ribut ini kan sebenarnya kita-kita saja, yang masih hidup. Bayangkan kalau almarhumah tiba-tiba teriak protes nisannya tidak sesuai imannya dia. Bisa geger itu satu kampung! Hehehe.." lanjut saya lagi.

"Ya itulah. Sebenarnya kan almarhum itu orang baik sekali. Dia disenangi oleh banyak warga di sekitar. Itulah kenapa keluarganya tidak perlu repot-repot menguburkan di pemakaman khusus kristen atau di gerejanya.

Kami mengurusi keperluan penguburannya bersama-sama. Bersepakat. Cuma ya karena baru kali ini ada yang kristen di kompleks ini, maka kami pun berunding, bagaimana cara memakamkan beliau," Lanjut Mbah San.

"Orang baik? Sebaik apa?" Tanya saya.

mbah-san-5d8cb6c90d823027d12006d2.jpeg
mbah-san-5d8cb6c90d823027d12006d2.jpeg
"Dia supir ambulans PMI. Selain pekerjaannya memang mulia, dalam keadaan kemalangan apapun, menimpa siapapun, dia pasti membantu banyak hal." Terang pria sepuh yang rambutnya cepak memutih itu.

"Banyak warga tertolong dengan kehadirannya, walaupun agamanya beda. Itu kenapa akhirnya lama-lama dia pun dianggap bagian dari warga sini, dan dipersilakan dimakamkan bersama-sama kita semua."

"Tidak ada diskriminasi?" buru saya lagi.

"Apa yang didiskriminasi? Makamnya saja ditaruh paling depan," Jawab Mbah San sambil mengaduk-aduk sambel belut di kotak tupperware yang makin wangi merasuk hidung saya. Lidah saya mencecap dengan liurnya.

Mbah San menawarkan sebungkus nasi kucing berukuran sedang, saya buka dan menemukan potongan kecil tempe di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun