Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menziarahi Makam Jambon, Memaknai Ulang Toleransi

26 September 2019   20:17 Diperbarui: 27 September 2019   01:57 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita menyebutkan makam almarhum yang beragama minoritas, Albertus Slamet Sugihardi, ada di pojokan, dipisahkan dengan jatah makam warga yang lain. Agak lama saya mencari dari pojok satu ke pojok lainnya.

Sampai ke ujung belakang pemakaman. "Kok ga nemu juga, ya?" Pikir saya. Sementara mentari terus beranjak ke ufuk barat, rasa gatal terus menyerang betis saya, karena nyamuk makin mengganas.

Warakadah, ternyata makam Pak Slamet, demikian almarhum biasa dipanggil warga, ada di bagian paling depan. Tidak pula disisihkan di pojokan, sama sekali.

Di depan, belakang, kanan, dan kirinya kuburan warga sekitar, sehingga bisa disimpulkan posisinya biasa aja, membaur dengan yang lain. Dengan demikian justru paling mudah diakses dan dikunjungi dibanding makam-makam lainnya yang ada di belakang.

Setelah berdoa dan mengantarkan alfatihah untuk kebaikan sang almarhum, saya mengitari kembali pemakaman ini, untuk bisa memahami seperti apa sebenarnya kasus pemancungan salib tersebut.

makam-jawa-5d8cb49e0d82301bc026e342.jpeg
makam-jawa-5d8cb49e0d82301bc026e342.jpeg
Berbagai media menyebutkan bahwa perlakuan terhadap nisan Pak Slamet dibedakan, karena pemakaman tersebut adalah pemakaman muslim. Tapi nyatanya nyaris semua kuburan di sana kalau tidak kuburan ala Jawa yang menggunakan bentuk kijing ya kuburan polos tanpa ada identitas agama Islam seperti kubah atau tanda bulan bintang.

Sisa lainnya malah seperti nisan Eropa, karena bangunan semennya menutupi seluruh bidang kubur, dengan bentuk kotak polos. Ini mirip dengan nisan-nisan ala Belanda yang saya menjadi bahan skripsi dulu di Museum Prasasti.

nisan full menutupi kubur, khas makam orang eropa. dokpri
nisan full menutupi kubur, khas makam orang eropa. dokpri
Netral saja!

"Ya, Makam Jambon itu sebenarnya netral saja. Tapi kebetulan karena nyaris seisi kompleks ini muslim, maka isi kuburannya pun jenazah-jenasah orang Islam," Kata Mbah San, seorang warga cukup senior yang merebus air di dalam teko di pinggir jalan untuk menjamu saya di kedainya.

Sambil menunggu masanya makan malam, saya memesan sambel belut ditemani tempe gembus dan nasi kucing, yang disiapkan dengan cekatan olehnya.  

perbandingan bentuk kuburan eropa dengan nisan full menutupi kubur
perbandingan bentuk kuburan eropa dengan nisan full menutupi kubur
"Oh, jadi yang dimaksud Islam itu penghuninya Orang Islam, bukan desain kuburnya mencerminkan Islam?" Tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun