Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Embracing Failure di Ketinggian 2200 Meter Gunung Gede

28 Agustus 2019   07:54 Diperbarui: 28 Agustus 2019   08:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencekam!

Delapan jam dalam kegelapan total dan tanpa ada suara sama sekali, selain gemerisik daun yang berjatuhan ternyata menghasilkan ketakutan yang tak bisa dijelaskan, pikiran saya melayang-layang antara menahan sakit dari paha yang kram, ketakutan atas binatang buas yang sewaktu-waktu menyeruduk, hingga sesekali ketakutan atas kejadian gaib. Namun paling mendominasi tentu ketakutan atas keselamatan fisik dari binatang buas.

"Ya Allah, kalau memang waktunya ajal saya menjemput, setidaknya buat tidak terlalu menyiksa dan menyakitkan," Doa saya dalam hati. 

Bayangkan, ketakutan itu mengurung saya dalam ruang sempit tenda yang tak bisa lagi saya perkirakan karena kegelapan total. Setiap kali mata mulai menutup karena mengantuk, kresekan daun bisa membuat saya terkejut dan kembali terlingkup takut. 

Bahkan untuk buang air yang mendesak di tengah angin dingin pun saya tak berani. Mau tak mau saya harus menggunakan botol teh kemasan.

"Ya ga apa-apalah ketimbang keluar sembarangan dalam kegelapan tanpa tahu apa yang ada yang bersiap menerkam di belakang kan?" Pikir saya. Suasana mencekam tersebut terus-terusan harus saya tunggui selama berjam-jam. Saya kemudian berpikir betapa kecil dan tak berdayanya manusia di tengah alam.

Saya mulai membuat janji. "Ya Allah, kalau benar bisa selamat dari kengerian ini, saya akan menulisnya dan tak akan melupakannya seumur hidup!"

Dokpri
Dokpri
Terakhir kali saya menatap HP adalah pukul 03:00 pagi, lalu tiba-tiba tidur tanpa teringat apapun, tanpa mimpi apapun. Hanya suara burung dan terjangan sinar mentari di sela dedaunan yang menyelusup dari lubang tenda yang akhirnya menyadarkan bahwa hari sudah pagi. Saya lihat HP, sudah pukul 8:00.

"Alhamdulillah.. akhirnya selamat juga!" Pikir saya penuh syukur. Tak percaya begitu saja kalau sudah selamat, saya cubit kedua tangan. Ya siapa tahu saya sudah berubah jadi hantu yang hidup abadi dan menunggui sekitaran pos empat pendakian Gunung Gede kan. Hahaha.

Tak pernah saya menikmati cahaya matahari seenak dan semelegakan itu!

Sejam termenung, saya mulai merapikan tenda. Group kecil dua pendaki membantu saya. "Sudah benar keputusan mas berhenti saja dan bermalam di sini." Kata salah seorang dari mereka. "Saya dulu pernah punya pengalaman mirip!" Katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun