Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Embracing Failure di Ketinggian 2200 Meter Gunung Gede

28 Agustus 2019   07:54 Diperbarui: 28 Agustus 2019   08:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar saja, tak lama saya langung terengah-engah. Tapi karena memang niatnya bukan jadi pendaki serius, saya memilih jalan pelan-pelan saja. 

Tiap kali kelelahan, saya mengambil foto petani-petani di lereng gunung. Sayuran yang mereka tanam secara teratur membuat pola lurik yang indah. 

Dokpri
Dokpri
"Makan, Aa.." Demikian ajakan mereka ramah sekali setiap kali melihat saya memotret mereka saat sarapan. Di salah satu kebun bawang daun, saya mengunjungi Pak Umar, seorang petani yang tampaknya paling melek teknologi dibanding yang lain. 

Ia menggunakan alat siram otomatis yang berputar sendiri. Kerjanya mengairi tanaman jadi praktis dan efisien ketimbang menggunakan aliran di tanah yang beresiko kelebihan atau kekurangan air sehingga tumbuhnya jadi tidak optimal.

Dokpri
Dokpri
"Dari mana tahu ada cara menyiram seperti ini Pak?" Tanya saya.

"Oh belajar aja dari Youtube. Terus tanya-tanya di pasar, terus beli," Serunya dengan percaya diri.

"Boleh minta fotonya ya, Pak?" Ia mengizinkan saja. Kemudian fotonya saya tweet dan mention ke Mas Budiman dan Tedy Tricahyono, sekjen Inovator 4.0 Indonesia, dengan caption

"Pada akhirnya semua harus beradaptasi dengan teknologi."

Karena sibuk memotret, akhirnya tak lama saya terpisah dari group. Tapi memang saya sudah pesan bahwa saya akan sangat lambat sekali, jadi tidak perlu ditunggu.

Dokpri
Dokpri
Setelah resot KLHK dan mata air Gunung Gede, selanjutnya saya sampai di Tanah Merah. Walaupun pos ini sebenarnya lebih pantas disebut pos nomor setengah  namun menurut saya secara visual, pos inilah yang paling indah dan paling mudah untuk camping. 

Pos ini belum benar-benar masuk ke wilayah hutan, dan di bawahnya terbentang kebun petani yang sangat luas. Selain itu, di sini pasti selalu ada pedagang makanan yang bisa membantu menyediakan persiapan untuk mendaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun