Mohon tunggu...
Suharto
Suharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis blog http://ayo-menulislah.blogspot.co.id/, http://ayobikinpuisi.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Halaman Kosong pada Catatan Kehidupan

22 Desember 2022   10:07 Diperbarui: 22 Desember 2022   10:16 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman kosong (pixabay.com)

Pencerahan

Suatu ketika kemurungan mendatangiku dengan suka cita. Ia memelukku erat seolah sahabat yang lama tak ketemu. Aku merasa gembira, ada sesuatu yang akan mencerahkanmu, begitu katanya. Namun jika kau bersedia membaca jalan hidupmu, imbuhnya.

Perjalanan Hidup

Setelah sekian lama didera kemurungan dan harus mengurung diri, aku punya banyak waktu untuk merenungi diri. Aku melihat lika-liku perjalanan hidupku di depan mata. 

Tokoh Utama

Menyusuri ke dalam perjalanan hidup sendiri membuatku terkesima. Bercampur aduk perasaan. Aku seperti membaca novel yang alurnya meliuk-liuk. Aku mengecam tokoh utamanya. Aku sebal padanya yang tak suka bersyukur. Dan tokoh itu ternyata diriku sendiri!

Perasaan

Aku keasyikan membaca jalan hidupku. Dengan napas tersengal-sengal, aku kelelahan merasakan kelakuanku yang buruk. Oh, bagaimana perasaan orang lain terhadapku? 

Ilustrasi Perangai

Aku ingin menutup buku catatan tentang perangaiku yang carut marut. Aku risih dan malu. Bayangkan, halaman demi halaman, isinya cuma ilustrasi sifat-sifat burukku saja!

Halaman Kosong

Aku mengumpulkan semangat untuk bisa membuka halaman buku catatan itu. Hatiku deg-degan, sifat buruk apalagi yang tercatat di situ? Ragu-ragu aku membukanya. Ternyata isinya ... kosong! Ya, kosong! Apa artinya?

Setitik Cahaya

Aku mencari arti halaman kosong itu. Lama berselang, waktu menguar. Pikiranku turut menguar mencari jawaban. Setitik cahaya memantik pikiran. Aku melonjak kegirangan karena telah menemukan jawaban. 

Catatan Kehidupan

Halaman kosong itu tentu sebuah kesempatan. Ya, aku diberi peluang untuk menulisi catatan kehidupan. Dengan cara apapun! Terserah aku! Jadi alangkah bodoh jika aku masih mengulang-ulang menuliskan keburukan dalam setiap lembar kehidupan yang akan datang.

Surabaya, Kamis 22/12/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun