Pencerahan
Suatu ketika kemurungan mendatangiku dengan suka cita. Ia memelukku erat seolah sahabat yang lama tak ketemu. Aku merasa gembira, ada sesuatu yang akan mencerahkanmu, begitu katanya. Namun jika kau bersedia membaca jalan hidupmu, imbuhnya.
Perjalanan Hidup
Setelah sekian lama didera kemurungan dan harus mengurung diri, aku punya banyak waktu untuk merenungi diri. Aku melihat lika-liku perjalanan hidupku di depan mata.Â
Tokoh Utama
Menyusuri ke dalam perjalanan hidup sendiri membuatku terkesima. Bercampur aduk perasaan. Aku seperti membaca novel yang alurnya meliuk-liuk. Aku mengecam tokoh utamanya. Aku sebal padanya yang tak suka bersyukur. Dan tokoh itu ternyata diriku sendiri!
Perasaan
Aku keasyikan membaca jalan hidupku. Dengan napas tersengal-sengal, aku kelelahan merasakan kelakuanku yang buruk. Oh, bagaimana perasaan orang lain terhadapku?Â
Ilustrasi Perangai
Aku ingin menutup buku catatan tentang perangaiku yang carut marut. Aku risih dan malu. Bayangkan, halaman demi halaman, isinya cuma ilustrasi sifat-sifat burukku saja!
Halaman Kosong
Aku mengumpulkan semangat untuk bisa membuka halaman buku catatan itu. Hatiku deg-degan, sifat buruk apalagi yang tercatat di situ? Ragu-ragu aku membukanya. Ternyata isinya ... kosong! Ya, kosong! Apa artinya?
Setitik Cahaya
Aku mencari arti halaman kosong itu. Lama berselang, waktu menguar. Pikiranku turut menguar mencari jawaban. Setitik cahaya memantik pikiran. Aku melonjak kegirangan karena telah menemukan jawaban.Â
Halaman kosong itu tentu sebuah kesempatan. Ya, aku diberi peluang untuk menulisi catatan kehidupan. Dengan cara apapun! Terserah aku! Jadi alangkah bodoh jika aku masih mengulang-ulang menuliskan keburukan dalam setiap lembar kehidupan yang akan datang.
Surabaya, Kamis 22/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H