Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

4 Contoh Puisi Prismatis dengan Tema Kehidupan

7 Maret 2024   12:07 Diperbarui: 7 Maret 2024   12:14 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Suleiman Legolas

4 CONTOH PUISI PRISMATIS DENGAN TEMA KEHIDUPAN

Dapat dikatakan puisi prismatis adalah puisi dengan makna luas dan  memiliki ruh di dalamnya. Puisi prismatis harus dibaca lebih dari satu kali, untuk memahami maknanya. Contoh puisi prismatis adalah Malam Lebaran karya Sitor Situmorang, Hujan Bulan Juni karya Sapardi, Laju Aksara Timah karya Dian Chandra. 

Berikut contoh puisi prismatis lainnya:

TIDAK ADA LEBARAN DI RUMAH TUAN DAN NYONYA DHI || Puisi Dian Chandra 

dalam kepalanya (tuan & nyonya dhi) segala meledak-ledak

hati bergumul lumpur

sedang tungku perapian tak lagi menyala

dan ia (tuan dan nyonya dhi) mematung, masing-masing

satu di kamar, satu di ruang tamu

untuk menyimak baik-baik malam lebaran

: suara-suara takbir dari sana-sini

yang mulai melagu dalam-dalam (pada kepala tuan dan nyonya dhi)

ahh, bikinkan saja rendang pasangan (entah tuan dhi, entah nyonya dhi)

yang dipotong-potong semaumu

usai menyodorkan dosa masing-masing

Toboali, 07 Mei 2023

KERTAS KOSONG || Puisi Dian Chandra

putih, putih-putih

kau beri titik

hitam bulat, bulat hitam

kau beri garis panjang memenuhi halaman

garis keras, penuh tekanan di sana sini

lalu kau remuk dalam cengkeraman elang

melumat bulat-bulat

basah, perih lidah, ngilu gigi, basah mata, pipi banjir

glek!

kertas bekas raib

tersangkut kah?

lagi, kau kunyah pelan-pelan

mulai memamah biak

Toboali, 30 Desember 2021

 TERUNTUK HUJAN YANG KUBELI PAGI INI || Puisi Dian Chandra 

pagi ini, jauh sebelum ibu membangunkanku --serupa kanak-kanak yang bengal

telah kubeli hujan

: melalui tangisan anak-anakku

--yang ayahnya lupa pulang melulu

kubeli hujan, dengan bayaran ludah-liur ibuku --yang kerap meloncat-loncat saban waktu

: serupa ibu tiri cinderella 

yang gemar menyuruh ini-itu

: serupa maleficent

yang gemar mengutuk & merutuk

telah kubeli hujan, untuk anak-anakku yang ramai --agar pelangi lekas-lekas muncul

di rumah ibuku

(kau telah kubeli, pagi-pagi --usai gigil dini hari

: mari, hempaskan kekosongan ini!)

Toboali, 03 Desember 2023

PERKARA-PERKARA DALAM SEMALAM || Puisi Dian Chandra

dalam semalam, lima wajah ibu bermunculan 

hingga membikin pening ayah --lalu lima raut berdatangan di muka ayah (yang mabuk asap)

ibu tak menangis --dan ayah tak memukul

tapi lima wajah ibu tak pergi-pergi

--ibu bilang, "ini keselarasan alam."

"apa betul?" tanyaku pada lima uban di rambut ibu --yang kukuh meminta temu pandang pada wajah-wajah ibu.

sedang ayah menahan-nahan raut --agar tak terus menerus berdatangan: "cukup lima saja! setidaknya kali ini," tegas ayah, tangan kanannya mencubit-cubit lima jemari kirinya.

"uh! biarkaaan akuuu tiduuur nyenyaaak!"

Toboali, 22 Desember 2023

Catatan: Puisi ini terinspirasi dari hal-hal kecil perihal kehidupan berumah tangga, juga pengertian angka lima itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun