4 CONTOH PUISI PRISMATIS DENGAN TEMA KEHIDUPAN
Dapat dikatakan puisi prismatis adalah puisi dengan makna luas dan  memiliki ruh di dalamnya. Puisi prismatis harus dibaca lebih dari satu kali, untuk memahami maknanya. Contoh puisi prismatis adalah Malam Lebaran karya Sitor Situmorang, Hujan Bulan Juni karya Sapardi, Laju Aksara Timah karya Dian Chandra.Â
Berikut contoh puisi prismatis lainnya:
TIDAK ADA LEBARAN DI RUMAH TUAN DAN NYONYA DHI || Puisi Dian ChandraÂ
dalam kepalanya (tuan & nyonya dhi) segala meledak-ledak
hati bergumul lumpur
sedang tungku perapian tak lagi menyala
dan ia (tuan dan nyonya dhi) mematung, masing-masing
satu di kamar, satu di ruang tamu
untuk menyimak baik-baik malam lebaran
: suara-suara takbir dari sana-sini
yang mulai melagu dalam-dalam (pada kepala tuan dan nyonya dhi)
ahh, bikinkan saja rendang pasangan (entah tuan dhi, entah nyonya dhi)
yang dipotong-potong semaumu
usai menyodorkan dosa masing-masing
Toboali, 07 Mei 2023
KERTAS KOSONG || Puisi Dian Chandra
putih, putih-putih
kau beri titik
hitam bulat, bulat hitam
kau beri garis panjang memenuhi halaman
garis keras, penuh tekanan di sana sini
lalu kau remuk dalam cengkeraman elang
melumat bulat-bulat
basah, perih lidah, ngilu gigi, basah mata, pipi banjir
glek!
kertas bekas raib
tersangkut kah?
lagi, kau kunyah pelan-pelan
mulai memamah biak
Toboali, 30 Desember 2021
 TERUNTUK HUJAN YANG KUBELI PAGI INI || Puisi Dian ChandraÂ
pagi ini, jauh sebelum ibu membangunkanku --serupa kanak-kanak yang bengal
telah kubeli hujan
: melalui tangisan anak-anakku
--yang ayahnya lupa pulang melulu
kubeli hujan, dengan bayaran ludah-liur ibuku --yang kerap meloncat-loncat saban waktu
: serupa ibu tiri cinderellaÂ
yang gemar menyuruh ini-itu
: serupa maleficent
yang gemar mengutuk & merutuk
telah kubeli hujan, untuk anak-anakku yang ramai --agar pelangi lekas-lekas muncul
di rumah ibuku
(kau telah kubeli, pagi-pagi --usai gigil dini hari
: mari, hempaskan kekosongan ini!)
Toboali, 03 Desember 2023
PERKARA-PERKARA DALAM SEMALAM || Puisi Dian Chandra
dalam semalam, lima wajah ibu bermunculanÂ
hingga membikin pening ayah --lalu lima raut berdatangan di muka ayah (yang mabuk asap)
ibu tak menangis --dan ayah tak memukul
tapi lima wajah ibu tak pergi-pergi
--ibu bilang, "ini keselarasan alam."
"apa betul?" tanyaku pada lima uban di rambut ibu --yang kukuh meminta temu pandang pada wajah-wajah ibu.
sedang ayah menahan-nahan raut --agar tak terus menerus berdatangan: "cukup lima saja! setidaknya kali ini," tegas ayah, tangan kanannya mencubit-cubit lima jemari kirinya.
"uh! biarkaaan akuuu tiduuur nyenyaaak!"
Toboali, 22 Desember 2023
Catatan: Puisi ini terinspirasi dari hal-hal kecil perihal kehidupan berumah tangga, juga pengertian angka lima itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H