Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Ibuku di Dalam Ruang Sempit || Cerpen Dian Chandra

1 Oktober 2023   11:08 Diperbarui: 1 Oktober 2023   11:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihatku menangis ibu berusaha menenangkanku. Naluri keibuannya mampu mendahulukanku dari pada menangisi nasibnya.

Lalu tak lama kemudian aku pun tertidur.

****

Aku terbangun tatkala kudengar ibuku merengek meminta seorang laki-laki agar menemaninya lebih lama lagi di ruangan yang sempit dan berbau obat ini. Namun, laki-laki itu menolak. Ia beralasan harus memiliki tidur yang cukup agar bisa kembali bekerja esok hari.

Mendengar itu ibu hanya terdiam. Butiran bening mulai berjatuhan di pipinya, sementara itu si laki-laki malah melenggang keluar. Meninggalkan ibu dalam kesendiriannya, melewati masa-masa krusial yang rawan.

***

Tiga hari kemudian.

Aku dan ibu kembali berada di sebuah ruangan sempit. Meski tak sesempit di Rumah Sakit. Ada banyak barang di sini. Baju-baju menumpuk, belum dilipat dan di simpan dalam lemari. Aneka peralatan bayi terhampat begitu saja. Piring-piring kotor yang belum dicuci tergeletak begitu saja di bawah ranjang.

Udara terasa kering. Aku menangis meminta lebih banyak ruang untuk bernafas, tetapi ibu malah diam menyandar di ujung ranjang. Nampaknya ibu habis menangis. Wajahnya kacau sekali.

"Bagaimana ini? Aku sungguh lapar!" pintaku dalam tangisan yang semakin kencang dan menyedihkan.

Tak ada reaksi dari ibu. Ibu terlihat hanya terkulai layu. Lemas. Pikirannya entah kemana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun