SALSABILAH
Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
Bilahs867@gmail.com
PENDAHULUAN
Kecanggihan teknologi saat ini memberi dampak positif dan negatif pada masyarakat. Salah satunya penggunaan teknologi ponsel pintar, munculnya ponsel pintar dari berbagai macam merek membuat masyarakat berlomba-lomba untuk membeli dan menggunakan ponsel. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pengguna media sosial dan aplikasi-aplikasi lain yang semakin hari semakin meningkat.
Dampak positif yang dapat dirasakan bagi pengguna ponsel ialah mempermudah segala aktivitas sehari-hari, sebagai contoh adanya aplikasi ojek online sangat membantu untuk bepergian kemana saja. Hadirnya aplikasi ojek online, pengguna dapat memesan ojek dengan bantuan teknologi dan tidak memerlukan waktu banyak untuk menghampiri pangkalan ojek.Â
Lalu dampak negatif dari penggunaan ponsel apabila tidak digunakan dengan bijak bisa merusak tatanan kehidupan masyarakat. Salah satunya ialah penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian yang merebak di halaman internet dan linimasa media sosial. Tentunya kasus tersebut menjadi momok bagi masyarakat Indonesia karena berita hoax dan ujaran kebencian tumbuh subur di lingkungan pengguna media sosial.
Penyebab dari penyebaran berita hoax ini mengakibatkan hal-hal fatal, seperti salah satunya berita hoax mengenai vaksin yang mengandung chip. Pada awal kegiatan vaksinasi, muncul narasi bahwa vaksin jenis Sinovac terdapat chip yang akan ditanamkan di dalam tubuh manusia untuk memantau pergerakan rakyat. Narasi tersebut beredar di platform media sosial Facebook dan menggemparkan masyarakat Indonesia, khususnya pengguna media sosial. Seperti yang diketahui bahwa pada saat itu pemerintah dan tenaga kesehatan tengah gencar-gencarnya melakukan vaksinasi sebagai upaya pencegahan virus corona.
Namun, usaha tersebut tidak lagi berjalan lancar karena munculnya berita hoax tersebut. Masyarakat pun banyak yang percaya pada berita hoax tersebut, mereka menjadi takut untuk divaksin. Padahal vaksinasi merupakan bagian penting dan utama dalam mencegah penularan virus corona, dengan melakukan vakinasi berarti tubuh telah diberi sistem kekebalan untuk menghadapi segala macam penyakit. Munculnya berita hoax mengenai vaksin yang mengandung chip langsung dibantah tegas oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi.
Selain penyebaran berita hoax, ujaran kebencian juga menarik perhatian masyarakat terutama pengguna platform media sosial. Ujaran kebencian merupakan tindakan komunikasi antara satu individu dengan individu lain yang bersifat provokasi kebencian, hinaan, dan hasutan untuk membenci individu tersebut. Pada era modern saat ini, penggunaan media sosial digunakan untuk mengungkapkan pendapat, opini, dan gagasan. Namun, makin kesini kebebasan berpendapat lebih cenderung kepada ujaran kebencian atau hate speech terhadap seseorang, komunitas, dan kelompok tertentu.
Kebebasan berpendapat tentunya memiliki batasan dan adab, seperti tidak boleh mengungkapkan pendapat yang berujung pada hasutan untuk membenci suatu kelompok atau individu tertentu serta diikuti dengan adab bagaimana mengungkapkan pendapat yang baik dan benar di mana tidak menyakiti perasaan orang lain. Ujaran kebencian sudah menjadi budaya dalam bermedia sosial, dikarenakan banyaknya pengguna media sosial yang tidak mengetahui perbedaan antara kebebasan berpendapat dengan ujaran kebencian.
Ujaran kebencian juga bisa datang dari berita hoax, sehingga pengguna media sosial terpancing untuk melakukan ujaran kebencia kepada individu tertentu setelah membaca berita hoax tersebut. Jika dibiarkan lama-lama, penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian akan menjadi patologi di masyarakat yang sulit disembuhkan dan sudah mengakar pada ruang lingkup masyarakat. Hal tersebut akan menyebabkan kekacauan yang dilandaskan dari misinformasi berita.
Sebagai bagian termuda dalam masyarakat, pemuda diharapkan mampu membantu pemerintah dan pihak-pihak lain untuk memberantas penyakit ini. Pemuda dikenal dengan ide-ide segar dan cerdas, cocok untuk mengedukasi para orang tua yang kebanyakan termakan berita hoax. Upaya pemuda dalam memberantas berita hoax dan ujaran kebencian dapat dilakukan dari lingkungan sekitar dengan mengingatkan orang tua atau orang terdekat untuk mengecek berkali-kali berita yang telah dibaca. Tentunya tidak itu saja, terdapat banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas berita hoax dan ujaran kebencian di kalangan masyarakat.
PEMBAHASAN
Berita Hoax
Berita merupakan sebuah wadah informasi bagi masyarakat, bida diakses melalui media cetak maupun media online. Namun, pada saat ini berita berbasis media online lebih banyak diminati karena sebagian banyak masyarakat telah memiliki ponsel untuk mengakses berita online.
Sayangnya, kemudahan ini malah dimanfaatkan dalam hal negatif oleh sebagian oknum dengan munculnya berita hoax. Hoax sendiri artinya berita palsu atau berita bohong. Dalam KBBI disebut dengan hoaks yang artinya berita bohong. Hoax merupakan ekses negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di internet. Khususnya media sosial dan blog.
Penyebar berita hoax berusaha mengelabui pembaca dengan menyajikan sebuah narasi yang menarik untuk dibaca, namun isisnya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, bahkan mengada-ngada.
Penyebar berita hoax memiliki tujuan untuk menggiring opini masyarakat atau pembaca berita kepada ujaran kebencian salah satunya. Berita hoax juga menjadi penguji pembaca dan publik dalam memilah-milah berita agar tidak terjebak ke dalam berita hoax. Sebagian orang memanfaatkan berita hoax untuk menjatuhkan lawannya.
Muncul dan Berkembangnya Berita Hoax
Kemunculan hoax meningkatkan krisis kepercayaan masyarakat pada media berita. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat membutuhkan berita untuk informasi kehidupan sehari-hari dan berita sifatnya penting karena sebagai wadah informasi. Namun, kini wadah informasi tersebut sudah tercemar oleh hoax.
Oknum-oknum penyebar berita hoax sengaja membuat berita dengan menggiring opini publik. Berita hoax dibuat dengan beragam tujuan, berawal dari main-main dengan menarik perhatian publik hingga bertujuan untuk penipuan atau politik seperti propaganda atau pembentukan opini publik atau menghasut pembaca.
Hoax akan muncul didorong oleh sebuah isu atau fenomena yang melatarbelakangi hoax. Sebut saja contoh nyatanya, fenomena wabah pandemi virus corona yang mendorong oknum-oknum pembuat dan penyebar berita hoax untuk menyebarkan dan membuat informasi palsu mengenai virus corona. Lalu disusul oleh isu vaksinasi yang akhirnya muncul berita hoax mengenai vaksin yang mengandung chip.
Tingkat literasi masyarakat Indonesia yang rendah menyuburkan berita hoax. Alhasil semakin banyak orang yang termakan hoax tanpa melakukan cek terlebih dulu. Berita hoax telah ada di Indonesia sejak pemilihan presiden tahun 2014. Hal ini dilandasi dari dampak gencarnya kampanye di media sosial. Hoax bermunculan guna menjatuhkan citra lawan politik alias kampanye hitam alias kampanye negatif.
Ciri-Ciri Berita Hoax
- Tersebar luas di media sosial dan berita online karena mudah menargetkan pembaca.
- Isi dari berita hoax ialah narasi yang bisa membuat pembaca merasa cemas dan panik serta terhasut.
- Dalam akhir narasi, pembuat berita hoax meminta himbauan pada pembaca untuk segera menginformasikan kembali berita ini ke publik atau orang terdekat.
- Pada umumnya penyebar berita hoax tidak diketahui identitasnya
Peran Pemuda Dalam Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian
Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, pemuda dibekali pendidikan sebagai landasan menjadi pemimpin generasi masa depan yang berkualitas. Jika pemuda tidak diberikan bekal dasar berupa pendidikan, maka ditakutkan masa depan bangsa akan menjadi kacau. Pendidikan merupakan hal penting bagi manusia, tidak hanya untuk pemuda saja. Namun, boleh untuk berbagai kalangan guna menambah ilmu dan pengetahuan.
Termasuk pengetahuan mengenai berita hoax dan narasi ujaran kebencian. Kemajuan teknologi merupakan sebuah kemudahan bagi manusia dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Bila dikaitkan dengan konteks pembahasan, kemudahan yang didapat oleh masyarakat dari adanya teknologi ialah bisa mengakses berita dimana pun dan kapan pun. Sejak kemunculan teknologi yang bernama ponsel pintar serta fitur-fitur di dalamnya, manusia telah menggenggam dunia ditangannya. Arti dari kalimat itu ialah manusia bisa melihat kondisi dan peristiwa dari belahan dunia mana pun dengan mudah, hanya bermodalkan ponsel dan kuota internet saja untuk mengaksesnya.
Namun, kemudahan itu banyak digunakan untuk hal yang menyimpang. Beberapa oknum menyebarkan berita hoax, bahkan narasi ujaran kebencian di media sosial. Isi yang ada pada berita bukan menambah informasi bermanfaat, malah berisi himbauan yang tidak jelas asal-usulnya serta membuat pembaca takut akan hal yang belum terjadi.
Dalam kasus penyebaran berita hoax dan narasi ujaran kebencian, oknum tersebut menargetkan orang tua agar terlibat membaca berita hoax dan bisa menggiring opini mereka yang dilandaskan dari narasi ujaran kebencian. Memang tidak semua target mereka orang tua, ada pula beberapa oknum yang menargetkan anak muda untuk terlibat dalam aksi mereka. Seperti menggiring opini yang berisi narasi ujaran kebencian menggebu-gebu melalui berita hoax, sehingga para anak muda ikut termakan berita hoax.
Kalau berbicara siapa yang harus diedukasi agar terhindar dari berita hoax, maka jawabannya adalah semua orang harus diberi edukasi agar tidak terjerat berita hoax yang berujung pada ujaran kebencian. Apalagi di masa pandemi saat ini masyarakat bingung akan informasi-informasi seputar virus corona dan penyembuhannya, bagi mereka informasi tersebut merupakan hal penting.
Akan tetapi bagi oknum penyebar berita hoax, hal tersebut merupakan ladang mereka untuk membuat dan menyebar berita hoax. Untuk menghindari termakan berita hoax, masyarakat perlu meningkatkan minat literasi ketika membaca sebuah berita. Lalu kritisi berita tersebut untuk mencari tahu valid atau tidak valid berita tersebut. Setiap individu memiliki kesadaran dalam mengakses berita di media online, setiap individu bisa memilih dan menggunakan waktu untuk mengakses beragam macam media serta memilah-milah informasi untuk kebutuhan pribadi.
Dalam kasus ini pemuda memiliki peran aktif dalam menggunakan platform media sosial yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Pemuda bisa mengambil peran lebih sebagai agen perubahan mengentaskan berita hoax dan ujaran kebencian di lingkungan keluarga, pertemanan maupun masyarakat. Generasi muda harus mempunyai pemikiran kritis dalam menyaring informasi yang beredar di berbagai aplikasi media sosial. Sikap kritis tersebut digunakan agar tidak mudah terhasut oleh berita-berita yang kebenarannya belum pasti serta pemuda diharapkan bisa menyelamatkan masyarakat dari penyebaran berita hoax dan narasi bersifat ujaran kebencian. Maka hal yang bisa dilakukan oleh pemuda ialah:
1. Memahami lebih dulu etika serta literasi saat menggunakan media sosial
Kebanyakan orang belum memahami secara benar bagaimana beretika dan literasi ketika bermain media sosial. Hal ini menyebabkan beberapa dari mereka terjerat berita hoax. Sebagai anak muda yang melek digital harus bisa memberi tahu orang-orang terdekat untuk lebih bijak dalam mengakses berbagai informasi di media sosial.
2. Mencari tahu berita yang diakses
Pemuda yang memiliki sifat kritis akan mengecek berulang-ulang suatu informasi yang didapatkan. Dengan cara mengakses web atau akun media sosial resmi milik pemerintah, lalu cocokkan dengan informasi yang didapat. Sehingga bisa mengetahui mana berita hoax dan mana berita yang asli. Cara ini bisa diajarkan pemuda pada keluarga, teman, dan lingkungan setempat.
3. Cek judul berita yang mengandung unsur provokatif
Bisa dilihat bahwa media menggunakan kalimat-kalimat provokatif untuk menarik pembaca agar melihat informasi yang disajikan. Maka dari itu harus diperhatikan isi dari berita tersebut dengan cermat. Karena ada beberapa media yang sengaja menggunakan judul provokatif yang tidak sesuai dengan isi berita.
4. Jangan terburu-buru menyebarkan berita
Memang orang-orang menyebarkan suatu berita dikarenakan ingin membagi informasi yang ia dapat. Namun, tidak semua berita bisa disebar kalau isinya saja hoax. Maka dari itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membagikan sebuah informasi.
- Cek isi berita.
- Perhatikan poin-poin dalam berita.
- Jika ada informasi yang belum jelas, jangan sebarkan berita.
- Cek secara lengkap informasi yang didapat dengan akun resmi pemerintah atau lembaga resmi.
5. Mengambil tindakan tegas dengan melaporkan akun penyebar berita hoax dan narasi kebencian ke lembaga hukum
Akhir-akhir ini banyak berita hoax yang bermunculan di media sosial dan platform berita online. Tentunya jika hal ini dibiarkan, maka penyebar dan pembuat berita hoax akan terlena untuk membuat hal serupa. Maka dari itu tidak ada salahnya untuk melaporkan hal tersebut kepada lembaga yang berwewenang sebagai tindakan aktif dalam menyikapi banyaknya berita hoax yang bertebaran.
KESIMPULAN
Berita hoax jika tidak diatasi akan menjadi penyakit di masyarakat. Maka dari itu peran pemuda adalah mengedukasi orang tua dan anak-anak agar tidak percaya dengan berita hoax melalui pengecekan berita, perhatikan poin-poin pada berita, jika ada informaasi yang belum jelas tidak disebarkan, dan cek secara lengkap informasi yang didapatkan ke akun resmi pemerintah atau lembaga resmi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nagita Histimuna. (2021). MAHASISWA CERDAS TANGKAL BERITA HOAKS DI ERA DISRUPSI MELALUI LITERASI DIGITAL. ALSYS: Jurnal Keislamandan Ilmu Pendidikan, 1 (1), 67-82. Diakses tanggal 22 Desember 2021: View of Mahasiswa Cerdas Tangkal Berita Hoaks di Era Disrupsi melalui Literasi Digital (yasin-alsys.org)
Juliswara, Vibriza. (2017). Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 4 (2), 142-164. Diakses tanggal 22 Desember 2021: https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/view/28586
Rahayu, Rochani Nani & Sensusiyati. (2020). ANALISIS BERITA HOAX COVID -19 DI MEDIA SOSIAL DI INDONESIA. INTELEKTIVA: JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA, 1 (9), 60-73. Diakses tanggal 22 Desember 2021: https://jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/122/83
Sabrina, A. R. (2019). Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax. Communicare: Journal of Communication Studies, 5 (2), 31-46. Diakses tanggal 22 Desember 2021: https://journal.lspr.edu/index.php/communicare/article/view/36
Adiputra, Wisnu Martha. 2008. Literasi Media dan Interpretasi atas Bencana. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 11 (3), 1-20. Diakses tanggal 22 Desember 2021: https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10992
Akers, R. 1991. Self-Control as a General Theory of Crime. Journal of Quantitative Criminology, 7 (2), 201-211. Diakses tanggal 22 Desember 2021: http://www.jstor.org/stable/23365747
KBBI Daring, Hoaks, https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 22 Desember 2021.
Herlinda. Pengertian Hoax: Asal Usul dan Contohnya. http://www.komunikasipraktis.com/. Diakses tanggal 22 Desember 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H