Hoax akan muncul didorong oleh sebuah isu atau fenomena yang melatarbelakangi hoax. Sebut saja contoh nyatanya, fenomena wabah pandemi virus corona yang mendorong oknum-oknum pembuat dan penyebar berita hoax untuk menyebarkan dan membuat informasi palsu mengenai virus corona. Lalu disusul oleh isu vaksinasi yang akhirnya muncul berita hoax mengenai vaksin yang mengandung chip.
Tingkat literasi masyarakat Indonesia yang rendah menyuburkan berita hoax. Alhasil semakin banyak orang yang termakan hoax tanpa melakukan cek terlebih dulu. Berita hoax telah ada di Indonesia sejak pemilihan presiden tahun 2014. Hal ini dilandasi dari dampak gencarnya kampanye di media sosial. Hoax bermunculan guna menjatuhkan citra lawan politik alias kampanye hitam alias kampanye negatif.
Ciri-Ciri Berita Hoax
- Tersebar luas di media sosial dan berita online karena mudah menargetkan pembaca.
- Isi dari berita hoax ialah narasi yang bisa membuat pembaca merasa cemas dan panik serta terhasut.
- Dalam akhir narasi, pembuat berita hoax meminta himbauan pada pembaca untuk segera menginformasikan kembali berita ini ke publik atau orang terdekat.
- Pada umumnya penyebar berita hoax tidak diketahui identitasnya
Peran Pemuda Dalam Memberantas Berita Hoax dan Ujaran Kebencian
Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, pemuda dibekali pendidikan sebagai landasan menjadi pemimpin generasi masa depan yang berkualitas. Jika pemuda tidak diberikan bekal dasar berupa pendidikan, maka ditakutkan masa depan bangsa akan menjadi kacau. Pendidikan merupakan hal penting bagi manusia, tidak hanya untuk pemuda saja. Namun, boleh untuk berbagai kalangan guna menambah ilmu dan pengetahuan.
Termasuk pengetahuan mengenai berita hoax dan narasi ujaran kebencian. Kemajuan teknologi merupakan sebuah kemudahan bagi manusia dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Bila dikaitkan dengan konteks pembahasan, kemudahan yang didapat oleh masyarakat dari adanya teknologi ialah bisa mengakses berita dimana pun dan kapan pun. Sejak kemunculan teknologi yang bernama ponsel pintar serta fitur-fitur di dalamnya, manusia telah menggenggam dunia ditangannya. Arti dari kalimat itu ialah manusia bisa melihat kondisi dan peristiwa dari belahan dunia mana pun dengan mudah, hanya bermodalkan ponsel dan kuota internet saja untuk mengaksesnya.
Namun, kemudahan itu banyak digunakan untuk hal yang menyimpang. Beberapa oknum menyebarkan berita hoax, bahkan narasi ujaran kebencian di media sosial. Isi yang ada pada berita bukan menambah informasi bermanfaat, malah berisi himbauan yang tidak jelas asal-usulnya serta membuat pembaca takut akan hal yang belum terjadi.
Dalam kasus penyebaran berita hoax dan narasi ujaran kebencian, oknum tersebut menargetkan orang tua agar terlibat membaca berita hoax dan bisa menggiring opini mereka yang dilandaskan dari narasi ujaran kebencian. Memang tidak semua target mereka orang tua, ada pula beberapa oknum yang menargetkan anak muda untuk terlibat dalam aksi mereka. Seperti menggiring opini yang berisi narasi ujaran kebencian menggebu-gebu melalui berita hoax, sehingga para anak muda ikut termakan berita hoax.
Kalau berbicara siapa yang harus diedukasi agar terhindar dari berita hoax, maka jawabannya adalah semua orang harus diberi edukasi agar tidak terjerat berita hoax yang berujung pada ujaran kebencian. Apalagi di masa pandemi saat ini masyarakat bingung akan informasi-informasi seputar virus corona dan penyembuhannya, bagi mereka informasi tersebut merupakan hal penting.
Akan tetapi bagi oknum penyebar berita hoax, hal tersebut merupakan ladang mereka untuk membuat dan menyebar berita hoax. Untuk menghindari termakan berita hoax, masyarakat perlu meningkatkan minat literasi ketika membaca sebuah berita. Lalu kritisi berita tersebut untuk mencari tahu valid atau tidak valid berita tersebut. Setiap individu memiliki kesadaran dalam mengakses berita di media online, setiap individu bisa memilih dan menggunakan waktu untuk mengakses beragam macam media serta memilah-milah informasi untuk kebutuhan pribadi.
Dalam kasus ini pemuda memiliki peran aktif dalam menggunakan platform media sosial yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Pemuda bisa mengambil peran lebih sebagai agen perubahan mengentaskan berita hoax dan ujaran kebencian di lingkungan keluarga, pertemanan maupun masyarakat. Generasi muda harus mempunyai pemikiran kritis dalam menyaring informasi yang beredar di berbagai aplikasi media sosial. Sikap kritis tersebut digunakan agar tidak mudah terhasut oleh berita-berita yang kebenarannya belum pasti serta pemuda diharapkan bisa menyelamatkan masyarakat dari penyebaran berita hoax dan narasi bersifat ujaran kebencian. Maka hal yang bisa dilakukan oleh pemuda ialah: