Mohon tunggu...
Hanz Armand
Hanz Armand Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogger - Undergraduate Student - Universitas Airlangga

Lahir di Jakarta, Indonesia, Mohammad Hanzalla Armand berusia 20 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga, Surabaya. Menyukai hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan dunia, lifestyle, sosial budaya, ekonomi bisnis, musik, olahraga, teknologi, dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Penduduk dan Hubungan Antar Etnis di Kota Surabaya pada Masa Kolonial" karya Prof. Purnawan Basundoro: Review Artikel

14 Mei 2022   22:55 Diperbarui: 16 Mei 2022   19:51 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan antar suku juga tidak hanya bangsa Eropa saja dengan bangsa Eropa atau pribumi lainnya. Suku Arab di Kota Surabaya juga tidak jarang memperoleh label yang kurang baik, khusunya dari orang-orang Jawa dan orang-orang Madura. 

Orang-orang Arab selain diilustrasikan sebagai orang yang taat beragama (Islam), juga dipandang sebagai orang yang terkadang bertabiat buruk dalam menjalankan roda perekonomian. Berlanjut dari hal itulah, orang-orang Arab sering dituduh oleh masyarakat Bumiputera karena mempraktekkan riba dengan cara yang halus dan tidak ketara.

Di Surabaya, orang-orang Jawa nya adalah kelompok masyarakat yang paling lentur dalam berhubungan dengan etnis lain. Mereka mampu bekerja pada orang Belanda, meskipun pada waktu-waktu tertentu mampu bersekongkol dengan etnis lain untuk melawannya. 

Pada hal yang lain disebutkan apabila meskipun dalam banyak kajian tidak jarang diilustrasikan apabila orang Cina umumnya lebih dekat dengan orang Eropa, sebab mereka tidak jarang memperoleh profit, namun dalam kenyataan sehari-hari ternyata tidak seperti itu. 

Fenomena yang diilustrasikan di surat kabar tersebut memperlihatkan apabila orang Cina pernah bersengkokol dengan orang Bumiputera untuk memojokkan dan mengolok-olok orang Eropa. Hubungan antar etnis yang amat cair menjadi salah satu ciri masyarakat Kota Surabaya di periode kolonial. Hal ini memperlihatkan apabila mayoritas masyarakat kota Surabaya telah menjadi masyarakat industri yang jauh dari kebudayaan masyarakat feudal.

Dalam akhir penulisan, dapat kita nilai sebagai salah satu hal penting dalam melakukan review yakni penilaian. 

Pada kelebihannya, artikel karya Prof. Purnawan Basundoro ini memiliki tingkat penjelasan yang detail dan runut terkait dinamika penduduk serta hubungan antar etnis di kota Surabaya dan dilengkapi dengan data peneltian terdahulu serta juga tabel penjelas persebaran etnis penduduk kota Surabaya sehingga memberikan kemudahan kepada pembaca untuk membaca dan menangkap informasi yang terkandung dalam artikel ini. 

Pada kekurangannya, bisa dilihat dari kurangnya hal visualisasi seperti ilustrasi atau gambar untuk menggambarkan bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam ini dilihat kondisi dan situasi kota Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun