Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Ada Negara Maju dan Negara Miskin?

9 Agustus 2019   15:17 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:20 4094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara-negara di dunia ini terpisah menjadi negara-negara utara dan negara selatan. Utara melambangkan negara-negara makmur sedangkan Selatan adalah negara-negara berkembang dan miskin. Banyak pertanyaan mengapa ada dikotomi antara negara kaya dan negara miskin? Apakah perbedaan antara keduanya?

Negara-negara yang kaya sumberdaya alam tidak otomatis menjadi negara kaya. Banyak negara kaya sumber daya alam terjebak dalam penyakit Belanda atau Dutch disease. Saat itu pada dekade 1980-an, ditemukan minyak di lepas pantai Belanda. Namun penemuan minyak tersebut tidak menjadikan Belanda kaya. Justru negara itu terperosok ke lubang krisis ekonomi yang dalam.

 Saat ini ada beberapa negara-negara kaya sumberdaya alam yang mengalami krisis ekonomi yang parah seperti Venezuela dan negara-negara miskin di Afrika. Venezuela mengalami krisis ekonomi parah yang ditandai oleh inflasi yang membumbung tinggi. Pasca meninggalnya pemimpin sosialis kharismatik, Hugo Chavez, ekonomi dan politik Venezuela cenderung tidak stabil.

Sementara negara-negara Afrika memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Emas, intan, berlian, tembaga, dan minyak dapat ditemukan dengan mudah di negeri mereka. Namun mereka justru terjerembab dalam kemiskinan.

Sementara itu negara-negara Eropa Barat yang tidak memiliki sumberdaya alam yang melimpah justru menjadi negara-negara kaya di dunia. Jauh dari tetangganya negara-negara Eropa Timur, Asia dan Afrika.

Ada beberapa analisis yang bisa dikemukakan  dalam hal ini. Menurut David Landes, professor emiritus sejarah dan ekonomi, dalam bukunya The Wealth and Poverty of Nations -- Why Some are so Rich and Some so Poor, ada beberapa faktor yang bisa dilihat.

Pertama, faktor iklim. Negara-negara kaya dan makmur di Eropa Barat beriklim sedamg sehingga hal ini menyebabkan penduduknya rajin dalam bekerja. Namun hal itu dibantah dengan fakta bahwa negara-negara Eropa Timur juga beriklim sedang. Pendapat yang terlu menitikberatkan pada faktor geografis saja tidak cukup kuat menjelaskan fenomena yang ada. Bahkan menurut Thee Kian Wie pendapat Landes ini cenderung bias rasial.

Kedua, di negara-negara Afrika dan Asia tidak mempunyai budaya yang mendorong penemuan ilmiah dan pengembangan inovasi teknologi. Negara-negara Asia dan Afrika baru mempelajari teknologi ketika negara-negara Barat menjajah mereka. Perkembangan IPTEK di negara-negara terjajah sangat terlambat bahkan tidak terkejar oleh negara-negara Asia dan Afrika. Dalam hal ini, negara-negara Asia dan Afrika tidak mempunyai institusi ekonomi politik inklusif.

Ini berbeda dengan negara-negara Eropa Barat dimana terdapat budaya yang mendukung perkembangan inovasi teknologi dan penemua ilmiah. Sejak revolusi Industri bergulir dimulai dari Inggris, masyarakat Eropa Barat menerima perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dengan antusias.

Masyarakat Eropa Barat memang mengalami dinamika yang cukup keras. Perkembangan teknologi pada awalnya mengalami penentangan dari kaum aritokrat atau kelas bangsawan. Mereka menganggap perkembangan teknologi akan mengancam status-quo kaum aristokrat. Berbagai undang-undang pun dibuat untuk mengurangi inovasi teknologi. Namun hal ini kurang berhasil. Masyarakat menghendaki perkembangan ilmu dan teknologi yang akan sangat memudahkan mereka.

Sementara di negara-negara jajahan, pemerintah hanya menjadikan kaum pribumi sebagai operator teknologi. Itupun mereka ditempatkan di bagian rendahan. Pemerintah penjajah memang membangun sekolah-sekolah teknik untuk mencetak pegawai rendahan. Hanya sedikit kaum pribumi yang meneruskan pendidikan pada perguruan tinggi teknik. Hanya ada sedikit insinyur pribumi pada negara-negara terjajah.

Negara-negara Selatan pada umumnya miskin dan terbelakang itu merupakan negara-negara bekas jajahan Barat. Mereka mewarisi struktur politik, ekonomi, dan sosial yang dibuat oleh negara-negara penjajahnya.

Kemiskinan dan keterbelakangan yang mereka alami tidak lepas dari kebijakan ekonomi dan politik yang dibuat oleh negara-negara penjajah.  Para penjajah mengeruk kekayaan alam dari negara-negara tersebut dan membawanya ke negara-negara asal. Pemerintah kolonial menjual kekayaan alam tersebut di pasar komoditas dan memperoleh untung yang sangat besar dan dinikmati sendiri. Sedangkan penduduk negara-negara terjajah tetap dibiarkan miskin.

Indonesia adalah salah-satu contoh negara yang mengalami eksploitasi yang hebat dari negara-negara penjajah. Pemerintah Hindia Belanda, misalnya, mengeruk keuntungan yang besar dari era Tanam Paksa (1830-1870) dilanjutkan dengan era liberalisasi perdagangan. Keuntungan dari perdagangan komoditas tersebut hanya sedikit dinikmati oleh rakyat Indonesia.

Begitu juga dengan negara-negara eks terjajah lainnya. Kemiskinan dan keterbelakangan masih menjadi penyakit yang mereka derita  hingga kini. Sebagian dari bangsa-bangsa eks terjajah berhasil bangkit dari kondisi tersebut. Mereka membangun negaranya dengan percaya diri. Mereka berhasil mengatasi warisan eks kolonial tersebut.

Untuk mengikis warisan kolonial tersebut diperlukan usaha yang besar dari para pemimpin bangsa negara-negara itu untuk menciptakan sebuah budaya baru. Memang tidak mudah untuk melakukannya. Faktor pendidikan merupakan sebuah kunci untuk mengikis mental terjajah. Dibutuhkan seorang pemimpin yang keras namun tidak otoriter untuk mengatasi masalah ini.

Benua Afrika telah dilanda konflik bersenjata dan kemiskinan yang akut selama beberapa dekade ini. Masyarakat Afrika harus meninggalkan warisan keterjajahannya dari pihak penjajah. Untuk mencapai itu jelas tidak mudah. Negara-negara Afrika harus mempunyai pemimpin-pemimpin yang visioner. Pembaharuan di segala bidang mutlak dilakukan.

Untuk mencapai negara kaya seperti di Eropa Barat, dibutuhkan usaha yang keras. Bangsa-bangsa Selatan harus membangun kekuatan dan kerjasama dengan bangsa-bangsa yang lain. Selama ini negara-negara selatan berusaha menuntut negara-negara Barat karena kolonialisme yang mereka lakukan di masa lalu.

Negara-negara Utara mengatakan mereka telah berupaya membantu negara-negara Selatan dengan memberikan bantuan ekonomi dan  hutang. Namun bantuan-bantuan tersebut tidak gratis. Bantuan tersebut diikuti dengan tekanan kepada negara-negara Selatan untuk mengikutti keinginan negara-negara Utara dalam dinamika global.

Di dalam forum-forum internasional, negara-negara mengelompok satu sama lain. Negara-negara berkembang lebih cenderung bergabung dengan negara-negara berkembang lainnya. Sedangkan negara-negara maju membuat grup sendiri.  

Pertentangan di antaranya tak terelakkan. Negara-negara berkembang menganggap negara-negara maju memaksakan kepentingannya sendiri dalam perundingan. Negara-negara maju berusaha memperjuangkan kepentingannya sendiri yang merugikan negara-negara berkembang dan negara-negara miskin.

Dalam kasus bantuan IMF dan Bank Dunia misalnya, banyak negara berkembang dan miskin yang merasa bantuan tersebut diikuti oleh banyak kepentingan negara-negara Barat. Sistem ekonomi politik dunia ini dikuasai oleh negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Italia, Kanada, dan Jepang. Sedangkan negara-negara miskin dan berkembang menjadi kelompok pinggiran.

Dalam konteks ekonomi politik internasional, negara-negara maju berusaha menguasai lembaga-lembaga keuangan internasional. Mereka mengendalikan pinjaman keuangan kepada negara-negara peminjam dari dunia ketiga. Mereka juga mengendalikan proyek-proyek infrastruktur di negara-negara peminjam.

Namun banyak dari proyek infrastruktur justru merusak lingkungan. LSM-LSM lingkungan banyak mengkritik mengenai fenomena ini. Pembangunan bendungan Narmada di India, yang dibiayai Bank Dunia, misalnya, telah mencederai lingkungan sekitar dan membuat penduduk lokal mengungsi.

Kelompok-kelompak anti globalisasi menyoroti proses globalisasi ekonomi yang menyebabkan ketimpangan ekonomi global antara negara-negara maju dan kaya dengan negara-negara berkembang dan miskin. Jurang pendapatan antara negara-negara maju dan berkembang dan miskin tersebut semakin melebar.  

Negara-negara Barat menyokong sebuah ideologi ekonomi yang disebut neoliberalisme. Neoliberalisme adalah paham yang mengagungkan pasar bebas. Pasar bebas diyakini akan menciptakan kemakmuran bersama. Adam Smith, penulis buku The Wealth of Nations, menyatakan dalam bukunya tersebut bahwa pasar bebas akan saling menguntungkan bagi negara-negara di dunia disebabkan antara keunggulan komparatif. Teori keuntungan komparatif ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya, David Ricardo.

Liberalisme klasik dalam ekonomi dimulai sejak zaman Adam Smith ini. Ideologi pasar bebas ini dianut oleh bangsa-bangsa Barat hingga kini. Kini mereka akan memaksakan ideologi ekonominya kepada negara-negara dunia ketiga. Tentu saja tidak cocok. Namun negara-negara maju terus menekan negara-negara berkembang dan terkebelakang untuk menerima pasar bebas.

Pasar bebas bahkan menurut peraih hadiah Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz, mempunyai cacat yang signifikan. Pasar bebas tak sepenuhnya diatur oleh tangan---tangan yang tidak kelihatan. Pasar bebas ditengarai akan menjadi pasar persaingan sempurna namun hal ini tidak terbukti.

Selain itu faktor-faktor non-ekonomi selalu dianggap tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Padahal sesungguhnya, banyak hal yang mengakibatkan pasar tidak bekerja dengan sempurna. Faktor-faktor politik, sosial, dan budaya dianggap bukan variabel penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Pertentangan antara negara-negara Utara dan Selatan akan terus terjadi. Untuk menjadi dunia yang tenang dan damai ternyata tidak mudah. Politik internasional akan riuh dan rendah. Semoga kedamaian dan keadilan di dunia dapat hadir dan mewarnai kehidupan manusia di muka bumi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun