Dalam konteks ekonomi politik internasional, negara-negara maju berusaha menguasai lembaga-lembaga keuangan internasional. Mereka mengendalikan pinjaman keuangan kepada negara-negara peminjam dari dunia ketiga. Mereka juga mengendalikan proyek-proyek infrastruktur di negara-negara peminjam.
Namun banyak dari proyek infrastruktur justru merusak lingkungan. LSM-LSM lingkungan banyak mengkritik mengenai fenomena ini. Pembangunan bendungan Narmada di India, yang dibiayai Bank Dunia, misalnya, telah mencederai lingkungan sekitar dan membuat penduduk lokal mengungsi.
Kelompok-kelompak anti globalisasi menyoroti proses globalisasi ekonomi yang menyebabkan ketimpangan ekonomi global antara negara-negara maju dan kaya dengan negara-negara berkembang dan miskin. Jurang pendapatan antara negara-negara maju dan berkembang dan miskin tersebut semakin melebar. Â
Negara-negara Barat menyokong sebuah ideologi ekonomi yang disebut neoliberalisme. Neoliberalisme adalah paham yang mengagungkan pasar bebas. Pasar bebas diyakini akan menciptakan kemakmuran bersama. Adam Smith, penulis buku The Wealth of Nations, menyatakan dalam bukunya tersebut bahwa pasar bebas akan saling menguntungkan bagi negara-negara di dunia disebabkan antara keunggulan komparatif. Teori keuntungan komparatif ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya, David Ricardo.
Liberalisme klasik dalam ekonomi dimulai sejak zaman Adam Smith ini. Ideologi pasar bebas ini dianut oleh bangsa-bangsa Barat hingga kini. Kini mereka akan memaksakan ideologi ekonominya kepada negara-negara dunia ketiga. Tentu saja tidak cocok. Namun negara-negara maju terus menekan negara-negara berkembang dan terkebelakang untuk menerima pasar bebas.
Pasar bebas bahkan menurut peraih hadiah Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz, mempunyai cacat yang signifikan. Pasar bebas tak sepenuhnya diatur oleh tangan---tangan yang tidak kelihatan. Pasar bebas ditengarai akan menjadi pasar persaingan sempurna namun hal ini tidak terbukti.
Selain itu faktor-faktor non-ekonomi selalu dianggap tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Padahal sesungguhnya, banyak hal yang mengakibatkan pasar tidak bekerja dengan sempurna. Faktor-faktor politik, sosial, dan budaya dianggap bukan variabel penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Pertentangan antara negara-negara Utara dan Selatan akan terus terjadi. Untuk menjadi dunia yang tenang dan damai ternyata tidak mudah. Politik internasional akan riuh dan rendah. Semoga kedamaian dan keadilan di dunia dapat hadir dan mewarnai kehidupan manusia di muka bumi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H