Mohon tunggu...
Hantika Dewi
Hantika Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi sastra Inggris IAIN Surakarta

Hanya manusia biasa yang ingin bercerita lewat aksara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19: Hoaks dan Apatisme Masyarakat yang Mengidamkan Edukasi dan Keteladanan

2 Agustus 2021   23:48 Diperbarui: 2 Agustus 2021   23:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi covid-19 yang sempat malandai kasusnya pada pertengahan tahun 2020, kini melambung kembali dengan gembar gembor ditemukannya varian virus baru yakni covid-19 varian delta yang mana ditemukan pertama kali di India. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, varian corona Delta atau B.1617 enam kali lebih cepat menular dibandingkan varian Alpha atau B.117. Hal ini tentu saja menjadi mimpi buruk bagi masyarakat dan anak bangsa yang telah mengidam-idamkan kehidupan normal seperti belum adanya pandemi.

Bagaimana tidak? Para pencari nafkah terancam kembali bayangan PHK, bayangan PPKM yang mengakibatkan perekonomian terpuruk kembali. Anak bangsa harus tidur nyenyak kembali dalam buaian mimpi buruk sekolah online. 

Tentu saja bukan benar-benar mimpi buruk, namun siapa yang tak merindukan bertatap langsung dengan sang guru ketika menimba ilmu, bercengkrama, berdiskusi bersama dengan teman-teman seusianya. Kita semua harus terkurung kembali dalam rumah, atas nama kebaikan bersama. Hal tersebut adalah ikhtiar demi Nusantara agar cepat sembuh dan pulih.

Penyair Inggris, John Milton mengatakan, "Every dark cloud has a silver lining" yang maknanya bahwa "Setiap awan hitam mempunyai lapisan perak" yang esensinya dapat kita terapkan didalam kehidupan  sehari-hari yakni pada setiap kesusahan pasti ada  jalan keluar dan pada setiap peristiwa selalu ada hikmahnya. 

Seperti halnya yang dikatakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mukomuko Drs. H. Ajamalus, bahwa wabah Virus Corona yang menyerang ini agar dapat diambil pembelajaran dan hikmahnya sebagai umat beragama yang meyakini atas kehendak dan kebesaran Allah swt. Di dalam Al Qur'an Allah menjelaskan bahwa "tidaklah Allah menciptakan/menjadikan sesuatu itu sia-sia melainkan ada hikmahnya" (QS.Ali Imran ayat 191).

Hikmah yang bisa kita ambil yakni ujian keimanan dan teguran dari Allah swt. Selain hikmah-hikmah tersebut, tentunya banyak sekali hikmah atau pesan lain yang hendak Allah sampaikan. 

Bagi pekerja kantor yang sibuk dan jauh dari keluarga akan merasakan kembali dekat dengan keluarga dengan work from home, bagi orangtua yang kadang lupa terhadap pendidikan anaknya menjadi peduli dan mendampingi sekolah online, bagi yang ter-PHK mungkin Allah sedang manyiapkan jalan kesuksesan yang lain, bagi yang usahanya sepi mungkin Allah rindu nama Nya digemingkan dalam setiap do'a dan bagi mahasiswa yang merantau, dg pandemi ini seakan disuruh melihat bagaimana keadaan desa kelahiran dengan adanya KKN di rumah.

Berbicara tentang KKN di rumah, ada beberapa pengalaman yang seringkali menggelitik pikiran penulis untuk menyampaikan argumennya di sini. Sebelumnya izinkan penulis memperkenalkan diri, nama Hantika Dewi mahasiswi Sastra Inggris IAIN Surakarta. 

Sesuai dengan tempat penulis menimba ilmu, IAIN Surakarta mengonsep KKN kali ini sebagai KKN Transformatif  Kerja Sosial Daring dari Rumah atau disingkat sebagai KKN-T Kerso Darma. Atas bimbingan dari Dosen Pendamping Lapangan, Ibu Lilik Untari S.Pd., M.Hum, penulis menyusun beberapa program kerja salah satunya yakni mensosialisasikan protokol kesehatan yang seringkali masih kerap terabaikan oleh masyarakat desa.

Kesadaran terhadap akan bahayanya covid-19 adalah kunci dari ketertiban penerapan protokol kesehatan. Tentu saja hal tersebut bukanlah hal yang mudah, karena menghidupkan kesadaran bukan dengan cara menggurui maupun menghakimi. Penulis mencoba sosialisasi secara terang terangan akan bahaya covid-19 dan ajakan untuk mematuhi prokes. 

Namun penulis menilai hal ini kurang ramah dan terkesan terlalu formal yang mana target kita adalah keluarga dan tetangga. 

Maka strategi yang baik adalah dengan dengan pendekatan sosial budaya, misal ikut serta dalam kegiatan masyarakat, bersilaturahmi dan bincang santai. 

Hal tersebut sedikit membuahkan hasil, dibuktikan oleh antusiasme beberapa warga yang berdiskusi tentang adanya covid-19.      

Beberapa statement yang disampaikan antara lain, "Covid-19 itu tidak ada, itu hanya permainan pemerintah saja untuk mendapatkan uang.", "Sekarang itu kok penyakit apa-apa dicovidkan?", "Batuk pilek aja biasa, memang sedang musimnya.", "Alah, covid itu adanya di rumah sakit, buktinya tidak ada orang meninggal di rumah karena covid.", "kalau sakit jangan ke puskesmas, nanti dicovidkan, diisolasi, trus meninggal", "covid menyusahkan, rakyat kecil tidak bisa bekerja, yang berduit tinggal ongkang-ongkang kaki", "tidak usah vaksin, vaksin itu memperpendek usia" dan tentunya statement tersebut diperparah dengan beredarnya hoaks di internet yang mudah sekali penyebarannya kepada masyarakat.

Menurut website covid-19, kasus covid-19 di Indonesia per tanggal 27 Juli ini sudah mencapai 3,19 jt, sembuh 2,55 jt dan 84.766 meninggal dunia. Tentu saja bukanlah jumlah yang sedikit, terlepas dari data valid atau tidaknya. 

Pasalnya banyak dari masyarakat desa yang mengalami gejala covid namun tidak mau tes dan memilih aktivitas seperti biasa dan ada juga oknum yang memang betul mengubah hasil swab antigen negatif menjadi positif agar bisa mengklaim dana covid dari pemerintah. 

Seperti yang sempat dibahas di Indonesia Lawyer Club (ILC), Zulkardi, salah satu dari keluarga pasien dari Riau mengatakan bahwasanya rumah sakit tempat pasien meninggal telah memalsukan data. 

Pasien yang berusia 66 tahun tersebut dinyatakan meninggal pada tanggal 28 dengan hasil swab negatif. 

Namun beberapa hari setelah itu, banyak sekali pemberitaan di media sosial bahwasannya pasien tersebut diklaim sebagai pasien covid yang meninggal pada tanggal 26, dicek dalam data gugus covid pun nama pasien juga tercantum. 

Setelah ditelisik lebih detail bersama aliansi mahasiswa Riau, atas data data yang dibongkar beliau menyatakan bahwa anggaran dana khusus penanganan covid-19 sebesar 481 M tidak ada transparansi penggunaannya serta banyak data klaim pasien covid-19 yang meninggal tidak sesuai.

Namun kasus pengcovidan pasien dibantah oleh perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang memberikan pernyataan bahwa untuk mengklaim dana perawatan pasien covid terdapat persyaratan dan aturan yang sangat ketat. Banyak sekali data dan dokumen yang dilampirkan. Tak jarang ada beberapa pasien yang diragukan sehingga dokumen dikembalikan untuk dilengkapi. 

Bahkan dana klaim perawatan pasien covid baru terbayarkan sekitar 61% dan insentif nakes tertahan. Karena memang biaya yang harus ditanggung pemerintah dalam perawatan pasien covid tidaklah sedikit. 105 juta untuk perawatan pasien selama 14 hari dan sebesar 231 juta bagi pasien yang telah komplikasi. 

Jadi statement masyarakat yang mana ada oknum yang memanfaatkan adanya pandemi ini sebagai ladang bisnis tentunya tidak sepenuhnya salah. Namun kita tidak boleh menyamaratakan bahwa semua rumah sakit memanfaatkan kesempatan tersebut atau dalam kata lain melakukan kecurangan untuk kepentingan pribadi.

Kasus pemanfaatan covid-19 sebagai ladang bisnis lainnya menurut pendapat masyarakat, misalnya ada yang mencari keuntungan terhadap penerapan wajib tes ketika akan bepergian, melakukan pendaftaran yang mana tentunya tidak gratis. 

Seperti yang dialami penulis, kemarin melakukan swab antigen sebesar Rp. 150.000. 00,- di salah satu klinik swasta di daerah tempat penulis tinggal. 

Bisa jadi, selain takut karena biaya yang tidak murah inilah juga menjadi alasan masyarakat desa yang memilih untuk tidak melakukan tes. 

Ada juga oknum yang sengaja menyebarkan hoaks terhadap suatu produk, misalnya salah satu merk susu yang katanya bisa mengobati covid-19 yang akhirnya mmeimbulkan panic buying. 

Nah, ketika sudah panic buying, oknum akan melakukan penimbunan barang agar bisa mempermainkan harga dan mendapatkan keuntungan yang lebih. Padahal apabila diteliti lebih lanjut produk susu tersebut tidak mempunyai kandungan yang bisa membunuh virus covid-19.  

Hal ini seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, Zubairi, ketua satgas covid-19 IDI menjelaskan, kandungan susu beruang tidak bisa membunuh virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Artinya susu beruang tak lantas menyembuhkan pasien Covid-19, namun hanya membantu meningkatkan imun. Hal ini juga terjadi pada saat awal-awal terjadinya pandemi yang mana hand sanitizer dan masker medis yang sangat langka, bahkan harganya yang melangit jauh dari harga normal.

Hal tersebut mengakibatkan konsep pemikiran masyarakat tak lagi percaya adanya covid-19 dan dengan mudahnya mengecap bahwa covid-19 tidak benar adanya. 

Padahal berita duka yang mereka saksikan setiap detiknya, tetangga yang berpulang satu persatu berawal dari gejala mirip covid-19. Lalu tetangga dan saudara kita yang tiba-tiba sakit dan beruntunan atau menular itu penyakit apa? 

Pemerintah diharapkan segera mmmenangani dengan cara melakukan pemberantasan terhadap mafia-mafia yang memmanfaatkan covid-19 sebgai ladang bisnis tersebut. 

Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dengan masyarakat untuk segera melaporkan atau mengadukan apabila ada hal yang tidak sewajarnya. Dengan begitu masyarakat akan percaya bahwa tidak ada yang namanya dicovidkan dan tidak lagi menyerang nakes tentang isu pengcovidan pasien.

Untuk membantah statement bahwa "Alah, covid itu adanya di rumah sakit, buktinya tidak ada orang meninggal di rumah karena covid. Sekarang sudah kita temukan banyak orang yang tidak tertolong saat isoman. 

Nasional Kompas menyebutkan bahwa awal Juni hingga tanggal 21 Juli 2021 sudah terdapat 1.214 kasus yang mana angka kematian isolasi mandiri paling banyak terjadi di DKI Jakarta. 

Mengapa hal tersebut terjadi? Yang pertama adalah karena penanganan yang telambat. 

Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini rumah sakit penuh, kekurangan tenaga dan peralatan medis. Dan yang kedua adalah karena rendahnya kesadaran untuk melapor, masih ada beban sosial dan menganggap terpapar covid-19 sebagai aib.

Padahal ada beberapa kritera yang harus kita ketahui bahwa seseorang harus dirawat di rumah sakit atau cukup dengan isolasi mandiri. Kriterianya mengutip dari postingan Kementerian Kesehatan di Instagram pada tanggal 27 Juni 2021, bahwasaya hanya dengan kasus pasien dengan gejala sedang ke berat yang bisa di rawat di rumah sakit. 

Gejala covid-19 sedang dan berat meliputi sesak nafas dengan atau tanpa demam, kelelahan, Mempunyai penyakit penyerta yang memerlukan pengawasan, Frekuensi nafas >20 kali per menit, Saturasi oksigen <95%, Pemeriksaan rapid antigen atau PCR positif. 

Bagi pasien yang tidak memenuhi kriteria tersebut cukup isolasi mandiri di rumah, memanfaatkan layanan telemedicine dari puskesmas setempat. Namun apabila saat melakukan isolasi mandiri gejala semakin berat dan membutuhkan perawatan medis intensif harus segera dibawa ke IGD rumah sakit rujukan covid-19 setempat.

Batuk pilek memang sudah ada sejak dulu, dan tidak memerlukan penanganan khusus. Namun sejak adanya covid-19, batuk pilek tetaplah penyakit yang harus segera ditangani. Entah covid-19 ataupun tidak, batuk pilek selama pancaroba adalah tanda imun sedang lemah yang mana bisa dengan mudah bagi virus covid-19 menghinggapi penderita flu dan radang tenggorokan. Menurut dokter Frans Hery Widjaja dalam akun social medianya beliau menjelaskan bahwasanya covid ada tiga fase. 

Fase pertama adalah fase terpapar, yag mana bisa melalui mulut, hidung maupun mata. Virus tersebut akan menempel beberapa hari baru masuk ke dalam rongga pernapasan bagian bawah. Tubuh kemudian merespon, sehingga muncul gejala misal demam, batuk, pilek. Fase ini adalah fase yang menular sehingga pada hari hari ini adalah fase yang bagus untuk tes. 

Fase kedua adalah fase di mana virus telah menyerang paru-paru sehingga gejala bertambah berat, seperti sesak nafas, saturasi oksigen menurun dsb sehingga sudah meerlukan perawatan medis yang inensif, fase ketiga adalah fase yag palig berat yaitu terjadi hyperinflamasi, di sini terjadi pembentukan antibodi yang sangat banyak sehingga terbentuklah sitokin. 

Normalnya sitokin akan mereda seiring berkurangnya virus yang ada di dalam tubuh namun apabila semakin parah maka itu pertanda terjadinya badai sitokin yang mana antibodi menyerang yang seharusnya mmenetralkan virus malah menyerang balik tubuh sehingga menyebabkan gagal napas, organ tubuh rusak dan parahnnya mmenyebabkan kematian.

Jadi, memang pada dasarnya covid bukanlah hal yang berbahaya seperti yang digembar-gemborkan media saat ini. Namun hal tersebut adalah bagi orang yang mempunyai imun tubuh kuat, hanya dengan isoman, minum obat teratur, mengkonsumsi herbal, vitamin, istirahat yang cukup, dan makan yang banyak akan cepat sembuh dan pulih.

 Karena antibodi akan lebih cepat terbentuk pada fase kedua sehingga gejala tidak akan memberat. Namun bagi penderita komorbid, atau riwayat penyakit lain, covid-19 bukanlah hal yang remeh. 

Karena covid-19 dengan mudah memperparah komorbid. Selain dibutuhkan pengobatan terhadap kommorbid juga antibodi dalam tubuh lama terbentuk sehingga gejala akan memberat dan semakin parah oleh gejala lain yang dibawa oleh komorbid.

Edukasi-edukasi seperti ini sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat agar tidak menelan secara mentah sehingga terbawa arus hoaks yang sesat dan juga tidak mudah panik serta takut yang berlebihan akan gembar gembor media. 

Sehingga masyarakat bisa berpikir jernih apabila dihadapkan dengan kasus covid-19 dan tidak terlambat ditangani. Dengan begitupun kasus covid-19 bisa cepat melandai. Namun tentunya hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Karena disisi lain dari ketidakpercayaan masyarakat akibat dari paparan hoaks juga minimnya keteladanan dari pihak yang seharusnya memberikan teladan yang baik.

Seperti halnya tidak adanya keselarasan kebijakan di dalam negeri ini misalnya larangan mudik namun wisata tetap dibuka. Tidak adanya penyamarataan perlakuan hukum, misalnya pedagang yang tetap berjualan mendapatkan denda dan perlakuan yang tidak wajar seperti dipukul dikasari dsb. Sedangkan para selebgram, artis, pejabat daerah dapat menyelenggarakan pesta dengan mudahnya. 

Sehingga siapa lagi yang dapat dipercayai oleh masyarakat? Edukasi kepada masyarakat tidak akan sampai apabila tidak ada kepercayaan terhadap covid-19 dan kepada sang pembuat kebijakan. Inilah tugas kita bersama, mmmmari selaraskan langkah, tepis hoaks dengan bijak menggunakan sosial media dan saling merangkul demi menciptakan keteladanan yang baik.

References:

Covid 19. (2021, July 27). Retrieved July 27, 2021, from Peta Sebaran: https://covid19.go.id/peta-sebaran

IDI: Susu Beruang Tak Bisa Obati Covid-19. (2021, July 4). Retrieved July 29, 2021, from CNN Indonesia: CNN Indonesia

Prabowo, D. (2020, October 5). Saat Rumah Sakit Dituding "Meng-Covid-kan" Pasien. Retrieved July 29, 2021, from Kompas.com: Kompas

Sari, H. P. (2021, June 29). Kemenkes Sebut Varian Delta 6 Kali Lebih Cepat Menular dari Varian Alpha Kompas.com - 29/06/2021, 16:37 WIB BAGIKAN: Komentar3 Lihat Foto Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi sa. (D. Prabowo, Editor) Retrieved July 28, 2021, from Kompas.com: Kompas

Sari, H. P. (2021, July 26). Ribuan Warga Meninggal Saat Isolasi Mandiri, Menkes Duga Banyak yang Tak Mau Lapor. (B. Galih, Editor) Retrieved July 29, 2021, from Kompas.com: Kompas

Wahyono, T. (2021, March 16). Ka.Kemenag MM : Sebagai Ujian Keimanan, Ambil Hikmahnya dibalik Wabah Virus Corona. Retrieved July 28, 2021, from Kementrian Agam Kantor Wilayah Bengkulu: Kemenag Bengkulu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun