Mohon tunggu...
Hantika Dewi
Hantika Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi sastra Inggris IAIN Surakarta

Hanya manusia biasa yang ingin bercerita lewat aksara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19: Hoaks dan Apatisme Masyarakat yang Mengidamkan Edukasi dan Keteladanan

2 Agustus 2021   23:48 Diperbarui: 2 Agustus 2021   23:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan dana klaim perawatan pasien covid baru terbayarkan sekitar 61% dan insentif nakes tertahan. Karena memang biaya yang harus ditanggung pemerintah dalam perawatan pasien covid tidaklah sedikit. 105 juta untuk perawatan pasien selama 14 hari dan sebesar 231 juta bagi pasien yang telah komplikasi. 

Jadi statement masyarakat yang mana ada oknum yang memanfaatkan adanya pandemi ini sebagai ladang bisnis tentunya tidak sepenuhnya salah. Namun kita tidak boleh menyamaratakan bahwa semua rumah sakit memanfaatkan kesempatan tersebut atau dalam kata lain melakukan kecurangan untuk kepentingan pribadi.

Kasus pemanfaatan covid-19 sebagai ladang bisnis lainnya menurut pendapat masyarakat, misalnya ada yang mencari keuntungan terhadap penerapan wajib tes ketika akan bepergian, melakukan pendaftaran yang mana tentunya tidak gratis. 

Seperti yang dialami penulis, kemarin melakukan swab antigen sebesar Rp. 150.000. 00,- di salah satu klinik swasta di daerah tempat penulis tinggal. 

Bisa jadi, selain takut karena biaya yang tidak murah inilah juga menjadi alasan masyarakat desa yang memilih untuk tidak melakukan tes. 

Ada juga oknum yang sengaja menyebarkan hoaks terhadap suatu produk, misalnya salah satu merk susu yang katanya bisa mengobati covid-19 yang akhirnya mmeimbulkan panic buying. 

Nah, ketika sudah panic buying, oknum akan melakukan penimbunan barang agar bisa mempermainkan harga dan mendapatkan keuntungan yang lebih. Padahal apabila diteliti lebih lanjut produk susu tersebut tidak mempunyai kandungan yang bisa membunuh virus covid-19.  

Hal ini seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, Zubairi, ketua satgas covid-19 IDI menjelaskan, kandungan susu beruang tidak bisa membunuh virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Artinya susu beruang tak lantas menyembuhkan pasien Covid-19, namun hanya membantu meningkatkan imun. Hal ini juga terjadi pada saat awal-awal terjadinya pandemi yang mana hand sanitizer dan masker medis yang sangat langka, bahkan harganya yang melangit jauh dari harga normal.

Hal tersebut mengakibatkan konsep pemikiran masyarakat tak lagi percaya adanya covid-19 dan dengan mudahnya mengecap bahwa covid-19 tidak benar adanya. 

Padahal berita duka yang mereka saksikan setiap detiknya, tetangga yang berpulang satu persatu berawal dari gejala mirip covid-19. Lalu tetangga dan saudara kita yang tiba-tiba sakit dan beruntunan atau menular itu penyakit apa? 

Pemerintah diharapkan segera mmmenangani dengan cara melakukan pemberantasan terhadap mafia-mafia yang memmanfaatkan covid-19 sebgai ladang bisnis tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun