Mohon tunggu...
Hans Panjaitan
Hans Panjaitan Mohon Tunggu... -

Biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jomblo Mencari Cinta (30)

20 Oktober 2014   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:20 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dia sering menanyakan kabar Abang, kalau kami pas ketemu di pasar.”

“Apa katanya?” Poltak semakin penasaran, dan sangat serius. Tak menyangka dan juga tak mengharapkan sama sekali kalau dirinya akan mendengarkan informasi ini dari adiknya. Poltak takut kalau-kalau Rosita bercerita kepada Butet kejadian waktu di sekolah dulu, ketika Poltak berusaha mencium paksa Rosita dengan umpan topi merah.

Memang, Poltak sendiri punya rencana akan menemui Rosita dan kawan-kawan lainnya yang tetap berada di kampung. Ada banyak teman sekolah Poltak yang tidak melanjutkan pendidikan. Rata-rata karena tidak punya biaya. Beberapa dari mereka merantau ke Medan dan bekerja. Rosita adalah salah satu teman sekolah yang tetap tinggal di kampung, karena dia merasa tidak berbakat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

“Tahu enggak Bang. Setelah Abang berangkat ke Jakarta, seminggu kemudian Rosita sering bertanya-tanya soalAbang,” Butet melanjutkan laporannya.

“Cuma itu saja?”

“Ya. Dia cuma bertanya sekitar itu saja.”

“Kenapa kau tidak kasih tahu ke aku. Jadi aku bisa menelepon atau mengirim SMS ke dia,” kata Poltak.

“Bapak dan Mama melarang, takut konsentrasimu berantakan dan kuliahmu terbengkalai,” jelas Butet. “Lagian kan di Jakarta ada banyak cewek cantik. Kenapa masih mau dengan cewek yang di kampung?” kata Butet tersenyum-senyum.

“Bah! Kau ini sudah mulai pandai rupanya soal-soal pacaran ya!” Poltak seperti menghardik adiknya itu. Tetapi dalam hati dia tiba-tiba merasa hampa mengingat pengalaman buruk dan kegagalannya mendapatkan cewek di Jakarta. Wajah Serly Yudhoyono, Putrie, Lastri, Sumarni, dan ... Muso, muncul silih berganti di benaknya.

Bayangan-bayangan wajah itu segera dihalau. Dia memfokuskan pikirannya ke Rosita, gadis cantik, kembang sekolah, yang pernah singgah di hatinya, namun secara telak menolak cintanya. Dia mengakui, kecantikan Rosita tidak kalah dari gadis-gadis Jakarta yang pernah dia dekati. Bahkan dia berani bertaruh, Rosita masih lebih cantik ketimbang Serly Yudhoyono. Kecantikan Rosita, kecantikan yang alami, tanpa polesan make up berlebihan.

Maka, daripada sulit mendapatkan kekasih di Jakarta, yang belum tentu setia, dan berbeda budaya dan keyakinan pula, kenapa tidak kembali saja merajut cinta pertama yang ada di kampung halaman sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun