Gulungan awan itu bergerumbul pekat, laksana saling terikat, mengaitkan kesinambungan tali persahabatan, dari mendung pada hujan, yang ketika guntur pun mempererat dengan saling berdentuman, serupa hikayat cerita dalam dongeng-dongeng, atau pun kisah legenda yang tersirat, pada sebentuk cerita tentang atau pun tugu yang memperkuat..
Cerita ini berawal dari sebuah kisah yang terlampir dari benak yang meracau resah, dan berkelana melewati hutan-hutan kesah yang tak pernah berujung ketika itu.., hari dimana dentingan piano mengusik lelah, pada jemari kalbu yang teramat gundah..
Inilah kisahku..
Dan kutuliskan lewati kajian imaji yang bernaskah skenario fiksi kisah, berbalut alunan lirih yang bersenandung letih, karena sebuah rasa adalah pengikatnya..
*
Batas senja tengah meninta, ketika hari berangsur menyelam keperaduannya.., aku termangu membaca siluet-siluet jingga, begitu indahnya genta sore hari (pikirku),
Ada senyum yang terselip dibalik tulip indah itu, menghiasi rona merah yang tersembunyi,
Ada binar-binar yang tersirat dibulat kedua bola mata itu, begitu hidup seakan sedang bersemi, manakala lembut rambut hitamnya tertiup sepoian angin, menambah keindahannya..
Tepian sungai bening yang mengalir, meneratas cahaya surya membiaskan panoramanya, menampias kedalam rengkuhan wajah jelita yang menimang senyum kebahagiaan,Â
Dari tapal batas sebuah dusun tertera, gunung, sungai, ladang huma, yang berpenghuni kehidupan sejahtera, disinilah aku terlahir dan dewasa, dalam kehidupan yang sederhana namun jauh dari prahara dan segala murka cerca yang membuat hati dilema..
***