"Oppa,?".. sesaat bibirku bergerak, memanggilnya, dengan nada bergetar, aku memberanikan diri memecah keheningan, "Iya." Hanya singkat saja dia menjawab.
"Sebenarnya ada apa Oppa,?" Kusambung kembali pertanyaanku, dia hanya menoleh sebentar dan menatapku dalam, begitu tajam seperti silet yang menurih, dingin pandangan itu tiada kehangatan, aku terkesiap sesaat kutundukan wajahku, tidak berani untuk berlama-lama mengadu pandangan dengannya
"Hhh.." dia hanya mendesah, sepertinya tiada mampu untuk menjawab pertanyaanku, lalu kembali menyalakan sebatang sigaret, dan menghisapnya..
Bingung, rasanya pemikiranku, seperti ayunan ombak yang sedang mengombang-ambing, tak jelas arah
pikiranku,
*
Janji itu laksana ikatan yang tak pernah lepas dari hariku, selalu menyimpulkan antara kesudahan dan kesalahan, yang seperti menguntit langkah kakiku
Waktu yang kini berjalan seperti lumpuh pada hidup ini, seakan-akan tangga jam tak lagi berjalan, dengan detik dan menitnya..
Perhentian hati ini tak dapat tersembunyi lagi, terang dan nyata terlihat jelas, tiada tersamarkan lagi..
Sepi senja itu telah mengheningkan separuh dari rasaku, dan mengunci hati kecilku dengan kemarahan penuh bara, kebencian kini melingkari hidupku
Seperti suhu yang mudah berubah, terkadang panas dan terkadang dingin..
Aku di batas petang ini, merengkuh sunyi yang terngiang menggelitik telinga tuli,
Dasa waktu Tidak merubah kehidupan laraku, cenderung semakin membenamkan nestapa biru bisu hatiku.