Yang tertinggal hanyalah beberapa lembar album biru, dalam diariku, pada catatan-catatan hati yang melipur kegundahan rasa, dan sedikit mengobati luka menganga..
Akhir begitu saja, seperti tanpa ending yang jelas, yang membingungkan sebahagian pikirku, dari kejadian-kejadian yang seperti mimpi saja, apakah semua ini memang mimpi? Ataukah benar-benar terjadi..
Jauh dalam lubuk hatiku, masih mengingat nama mu, namun kemudian luputlah dengan kebencianku, yang membakar amarah dada ini, cinta yang terciptakan seperti air dan api, saling membanjiri dan meleburkan.
**
Senja kini melipat dihadapanku, panorama laut yang jingga menyuguhkan tinta emas kemerahan, pandanganku sesekali mencuri, ada rona merah jambu yang semburat pada pipiku..
"Oppa, sudah petang.". Kataku sambil menoleh kearahnya, "hmm.., oh iya, sunset pun sudah tak terlihat.". begitu katamu..
"Iya, Oppa..." aku pun menyahutinya.
"Ayo pergi.". Sambil beranjak bangun ia pun mengajak ku meninggalkan pantai, yang sebentar lagi keindahannya tenggelam dilipat malam..
Kami pun beranjak meninggalkan pantai itu, sambil bergandengan mesra, ada debur di hati masing-masing
***
Rona mu menyulut perasaanku, begitu penasarannya hati ini, adakah sesuatu yang terjadi, sehingga rautmu tak secerah biru lautan lagi..
Kau tetap diam, hanya sesekali menoleh kesampingku, lalu kembali membenamkan pandanganmu pada lautan, iya sore ini seperti ikut merasakan kerisauanku, sehingga senja pun perlahan-lahan bersembunyi di balik awan
Bisu, tak ada suara, kami hanya diam melewati waktu yang sebentar mengelam, tiada rona lagi di pasir-pasir halus ini, cermin pantai kini seakan kusam, tiada mampu lagi tuk menggambarkan lukisan senja..