Mohon tunggu...
Hanna HN
Hanna HN Mohon Tunggu... Jurnalis - Author biasa

Hanya seorang mahasiswi jurnalistik biasa yang memiliki suara dalam bentuk tulisan untuk dapat disebarkan kepada khalayak demi kebenaran hati dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dalam Kelamnya Purnama

30 Juni 2019   22:49 Diperbarui: 30 Juni 2019   23:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku sudah membawa lima makanan utama dalam pesta kita!"

Itu dia! Si wanita bergaun merah, Bloody Black Lady. Di samping kiri dan kanannya ada beberapa wanita putus asa dan pasrah yang memakai kostum berbeda-beda. Disanalah Juan melihat Adelfa memakai gaun pengantin berwarna gelap seperti yang ada dalam mimpi.

"Pertama-tama, mari kita mulai saja dengan wanita yang pertama."

Wanita yang pertama adalah gadis yang kelihatannya sudah berumur 23 tahun. Ia memakai pakaian mini dress yang sangat elegan. Juan tidak ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, karena ini pasti ada hubungannya dengan mimpi terakhirnya.

Si wanita penyihir itu pun mengeluarkan pedang cahaya merahnya dan seketika aura kelam kembali muncul di sekelilingnya juga wanita malang itu. Dengan sekali tebas, dada sang wanita terbelah oleh Bloody Black Lady. Persis seperti mimpi anehnya.

"Aku seperti hidup kembali."

Rasa geram akan semakin menjadi ketika wanita itu mulai memanggil peserta kedua untuk menghampirinya. Peserta kedua itu adalah Adelfa. Dan akhirnya pedang itu di luncurkan, namun dengan cekatan Juan mengambil alih pedang itu. Pertempuran pun di mulai.

Juan menggunakan pedang bercahaya itu untuk menebas para oknum pria dalam pesta. Hal ini membuat Lady marah besar dan menyerang Juan. Ia membawa dua buah senjata dan mulai melancarkan aksi pertempuran.

Bunyi adu pedang pun semakin terdengar, suara rintihan kesakitan tak kunjung selesai. Hingga akhirnya sang Lady terkulai lemas dengan luka sobek antara bahunya. Dengan sekali tebas akhirnya Bloody Black Lady tergeletak mengenaskan oleh Juan menggunakan pedang bercahaya merah. Dengan cepat ia menghampiri Adelfa yang kini sudah terbaring lemas di atas panggung dengan tiga wanita lainnya.

"Adel! Adel! Bangun!"

Juan menepuk perlahan kedua pipi Adel hingga akhirnya tersadar. Adel memberikan senyuman terindahnya untuk Juan, lelaki yang ia cintai. Juan pun ikut tersenyum dan memeluk Adel yang masih terlihat lemah. Merengkuhnya dengan angkuh seakan tidak akan bertemu dengan orang yang di cintainya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun