Mohon tunggu...
Hanna HN
Hanna HN Mohon Tunggu... Jurnalis - Author biasa

Hanya seorang mahasiswi jurnalistik biasa yang memiliki suara dalam bentuk tulisan untuk dapat disebarkan kepada khalayak demi kebenaran hati dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dalam Kelamnya Purnama

30 Juni 2019   22:49 Diperbarui: 30 Juni 2019   23:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Place like heaven

Will make you fly and flying

Never seen the past

Never meet the beauty dusk

Kalimat demi kalimat yang dilontarkan membuat Adelfa semakin terpana masuk ke dalam benda mati yang menariknya masuk seperti ada magnet yang kuat. Juan pun berlari masuk untuk menghentikan Adelfa namun sayang, cermin itu sudah membawanya ke dunia lain. Dengan cepat, Juan ikut memasuki cermin itu sebelum rembulan kembali bersinar.

Disinilah Juan, kota antah berantah yang terlihat modern namun kusam. Hampir mirip indahnya seperti kota Andalucia yang memiliki banyak gedung pencakar langit serta lampu kerlap-kerlipnya yang berwarna. Yang membedakan hanyalah suasana jalanannya yang sangat sunyi, lampu-lampu remang, gedung-gedung terlihat menghitam karena minimnya cahaya dan sepi. Tidak ada keramaian seperti yang biasa Juan lihat.

Gerhana, ia harus menemukan tempat perayaan Black Moon itu di mulai. Perayaan tanpa rasa dosa. Ia harus menemukan wanita yang dicintainya, juga membunuh Bloody Black Lady sang wanita pembunuh.

Langkah demi langkah ia melusuri jalanan beraspal mengikuti suara musik yang terdengar dari kejauhan. Semakin dekat dan semakin dekat sebelum akhirnya ia memasuki sebuah gedung megah nan mewah di hiasi pernak-pernik pesta formal dengan para pria memakai jas serba hitam. Tatapan mereka sama seperti visualisasi mimpinya. Merah padam dengan jiwa yang terbakar habis oleh sang dewi kota ini.

Dengan mengendap-endap, Juan memasuki arena pesta itu dengan pandangan menelusuri setiap sudut area tempat ini. Pesta ini sama seperti pesta yang biasa ia datangi, namun pengisi acara dan tamu undangan saja yang berbeda. Mereka adalah iblis.

"Upacara akan di mulai, jadi jangan lewatkan ini dan silahkan tenang."

Suara itu, suara yang sama seperti lantunan puisi itu. Juan bersembunyi di antara tiang-tiang penyangga gedung sambil melirik dimana sumber suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun